Senin, 09 November 2015

Valentino Rossi dan Arti Privilege Sang Jawara

Share & Comment

Hak keistimewaan diberikan tanpa cuma-cuma. Ada ramuan tersendiri, kenapa keistimewaan disandang seseorang. 

Dalam setiap bidang, akan lahir seseorang yang mendapat hak istimewa ketimbang yang lainnya. Mereka tidak ubahnya seperti nabi. Di mana ada kesalahan, di situ lahir pembelaan. Begitulah nasib orang-orang pemegang privilege, yang disukai dan dibela jutaan orang.

Dalam bidang tinju, Manny Pacquiao sempat memerankan sosok tersebut. Setelah dinina-bobokkan oleh nama besar Mike Tyson di era 80 hingga 90an, dunia tinju profesional akhirnya punya nama-nama baru di era 2000an. Pacquiao salah satunya.

Meski tidak sebesar Mike Tyson, tapi perangai apik Manny Pacquiao, dan pesona Pac-Man di atas ring tinju, mengantarkan Pacquiao mengantungi privilege yang tidak dimiliki petinju seangkatannya. Saat Pac-Man kalah dari Floyd Mayweather dalam partai berjudul 'Fight of the Century' (3/5/15), di situlah petinju Filipina itu mendapatkan akses privilege-nya: fans melakukan berbagai macam pembelaan--seolah tidak sah Pac-Man kalah dalam pertandingan tersebut, dan media berlomba-lomba menampilkan data seolah ingin melawan peritungan para juri.

Hasil perhitungan angka ketiga juri
Mulai dari Boxing News 24 hingga Daily Mail menganggap pertandingan Pac-Man vs Money sepantasnya berakhir imbang. Mereka menolak keputusan yang diambil oleh tiga juri, Burt Clements, Dave Moretti dan Glenn Feldman.

Terlepas mana yang lebih benar antara data media atau keputusan juri, itulah privilege seorang Pac-Man. Sama seperti hak istimewa yang mungkin juga didapat oleh public darling lainnya.

***

Tak berselang lama setelah kejadian crash antara Valentino Rossi dan Marc Marquez di Sepang, Malaysia (25/10/15), Casey Stoner, merilis status di akun Twitter, @Official_CS27. Tulis Stoner mencoba mengomentari peristiwa tersebut, "Jika pebalap lain melakukan apa yang dilakukan Valentino, maka ia sudah pasti langsung dijatuhi bendera hitam, tak perlu diragukan lagi."

Semasa masih menjadi rider MotoGP, Stoner memang sering kali berseberangan dengan The Doctor. Keduanya sering terlibat perang kata-kata. Stoner pernah menuduh Rossi bermain curang di sesi latihan MotoGp Estoril (30/4/11), Stoner juga menyerang Rossi setelah manuver berbahaya VR46 di Laguna Seca (20/7/08).



Akan tetapi, tweet Stoner kali itu agak bernuansa beda. Dia seperti ingin berbicara, begitu istimewanya Rossi di dunia balap MotoGP. Dia memegang privilege yang tidak hanya menjadi panutan di bidang MotoGP, tapi juga mendapat perlakuan berbeda dari panitia penyelenggara, tuding Stoner.

Privilege yang didapat oleh Rossi juga berpengaruh pada cara pecinta MotoGP mendebatkan peristiwa crash Rossi dan Marquez. Sama-sama menyandang status public darling, untuk kali ini Marquez harus mengalah dari seniornya. Jika dulu Marquez selalu dipuja-puja saat melakukan manuver berbahaya, tapi untuk cerita crash-nya dengan Rossi, dia harus menjadi public enemy untuk sementara waktu. Banyak orang lebih menggaris bawahi manuver berbahaya Marquez ketimbang mencetak tebal kelincahannya di atas sirkuit Sepang kemarin.

Padahal, sebelum kejadian Sepang tersebut, Marquez sering banjir pujian saat seringkali melakukan manuver berbahaya terhadap lawannya. Masih segar di ingatan kepala, bertempat di sirkuit Jerez, 5 Mei 2013, Marquez menjadi public darling saat manuvernya membuat Lorenzo melebar dan kehilangan posisi ketiga. Battle tersebut yang sekaligus menjadi legalitas bahwa Marquez memang penerus Rossi.

Di seri terakhir MotoGP 2015, privilege seorang Rossi pun masih berlanjut. Start dari posisi belakang, pemilik nomor 46 ini seperti raja yang berjalan melewati perkampungan warga. Rakyat rela minggir sebentar demi memberi hormat kepada raja yang sedang lewat. Tanpa berniat menutup mata akan skill membalap Rossi, tapi di seri Valencia malam ini, Rossi mendapat akses untuk melaju di posisi depan.

Terlihat Michele Pirro, Danilo Petruci, Bradley Smith dan beberapa rider lainnya, memberi jalan untuk 'sang raja'. Boleh dibilang, hanya Pol dan Aleix Espargaro yang seolah tidak rela disalip The Doctor. Hingga di akhir balapan, keistimewaan Rossi pun masih terasa efeknya. Media masih mencurigai performa Marc Marquez yang tidak berani menyalip pembalap senegaranya, Jorge Lorenzo. Entah benar-benar mempunyai skenario ingin memenangkan rekan senegaranya atau tidak, tapi efek domino dari Rossi Privilege masih terasa di seri pamungkas.

Privilege yang diraih Rossi saat ini, bukan kelebihan yang datang dalam tempo semalam saja. Setiap keistimewaan, lahir karena berbagai macam alasan dan perjuangan. Rossi telah mengantunginya. Siapa yang tidak akan mengistimewakan bocah berusia 21 tahun yang berstatuskan rookie, tapi sudah bisa mengusik pebalap 6 hingga 8 tahun lebih tua dan berpengalaman darinya. Tahun 2000, di awal karirnya di kelas utama, Rossi sudah bisa head to head dengan Kenny Roberts (usia 27 tahun dan 5 tahun di kelas utama saat itu), Alex Barros (30 tahun dan sudah 10 tahun di kelas utama saat itu), dan pastinya sang rival, Max Biaggi. Untuk nama terakhir, saat itu dia memang baru 3 tahun di kelas 500cc.



Siapa juga yang akan menolak mengistimewakan pebalap yang cuma butuh adaptasi setahun di kelas utama, sebelum kemudian langsung mendapatkan 5 gelar juara dunia kelas utama berturut-turut. Rossi meraih keistimewaan tidak hanya karena prestasi yang didapat, tapi juga keberanian mengambil tantangan: pindah dari Honda ke Yamaha tahun 2004, dan mengambil mission impossible dengan bergabung di Ducati tahun 2011.

Bear Bryant, seorang pelatih Football asal Amerika, menyebutkan mahalnya arti sebuah kemenangan. Butuh kerja keras, mental, serta hal-hal pendukung lain untuk menjadi seorang juara. Tapi di luar itu, ketika sudah sampai di level juara, di situlah reward dan keistimewaan akan datang. Rossi dan segala prestasi yang dicapai, telah membuktikan makna privilege di balik kerja keras yang sudah dicurahkan.

Memahami hubungan erat antara privilege dan kerja keras yang dlakukan seseorang, maka ada baiknya berpikir positif saat ada orang di sekitar kita yang mendapat keistimewaan lebih dibanding orang lain. Mungkin saja dia sudah melakukan banyak hal untuk menebus kartu privilege di lingkungan sekitarnya. Sebab memang, di balik setiap kerja keras, pasti ada reward yang sudah Dia sediakan. Di akhir kata, apa yang sudah kita lakukan untuk menebus privilege hidup kita? 

Jakarta, 9 November 2015
Tags: ,

Written by

Penulis buku, tinggal di Yogyakarta. Twitter: @Naqib_Najah

  • Punya Materi Bagus Tapi Tidak Ada Waktu Menulis!

    Banyak dosen yang tidak mempunyai waktu untuk menulis, padahal, mereka punya materi yang sangat bermanfaat.

  • Saya menulis buku biografi!

    Saat ini buku sudah dilirik sebagai media dokumentasi hidup yang sangat positif. Anda butuh penulisan biografi?

  • Berapa Biaya Hidup di Jogja? (Feature Radio)

    Ini dia pertumbuhan biaya hidup di kota pelajar ini. Pengin tahu lebih lanjut?

  • Jogja Kian Macet! (Esai Foto)

    Januari 2014 lalu saya beserta tim membuat esai foto menyoroti pembangunan hotel dan tingkat kemacetan....

  • Pengin Bikin Iklan Produk dalam Bentuk Video? Murah Kok!

    Iklan dengan bentuk video ternyata terkesan beda. Banyak orang melakukan hal ini, tapi... berapa sih biayanya?

 

Paraqibma Video Project


Layaknya anak-anak seusianya, Akila sering menemukan masalah saat proses belajar. Mulai dari susah diminta mengerjakan PR, hingga kejenuhan dengan sistem belajar.

Apa yang terjadi pada Akila selanjutnya? Simak video iklan berikut: Quamon, mini project by Paraqibma.

Artikel Bisnis


Dizipoint menjadi jembatan antara pebisnis dan pasar online. Selain plaza online, Dizipoint juga menyediakan artikel-artikel bisnis bagi pengunjung.

Saya menulis artikel-artikel bisnis untuk plaza online tersebut. Silakan login di sini untuk membaca artikelnya.

New Aquarich (Coming Soon)

Copyright © New Paraqibma | Designed by Templateism.com