Prinsip-prinsip terbalik sering terjadi di dunia ini. Ketika banyak orang terbiasa dengan jalur umum, maka orang akan berbalik arah untuk memilih jalur yang lain.
Saat dulu masih menggebu-gebunya ingin menerjuni dunia penulisan, saya belum punya referensi banyak. Beruntung saya punya salah seorang senior dengan koleksi buku bacaan yang cukup banyak. Mulailah saya menghabiskan waktu di kamarnya. Tahun 2005-an silam, saya tahu nama Karrie Layun Rampan, Isbedy Stiawan, Yanusa Nugroho, Oka Rusmini dan cerpenis top lainnya, ya dari buku-buku senior tersebut.
Saya nebeng, tapi justru karena cara belajar seperti itu, saya jadi punya daya ingat yang kuat atas karya dan nama-nama cerpenis top.
Saat belum punya hape pribadi, saat itu, saya terpaksa menghapal nomor beberapa teman yang saya anggap asyik untuk dihubungi. Sebenarnya tidak berniat menghapal beneran, tapi saya suka melafal nomor tersebut berulang-ulang sebagai antisipasi kalau-kalau kertas catatan nomor tersebut hilang. Tidak banyak nomor yang saya hapal, kurang lebih ada 15 teman yang nomornya tersimpan di kepala saya. Itu semua berkat jalan hidup nebengers: numpang pinjam hape teman buat telpon sahabat dekat.
Kisah nebeng yang dijalani teman saya lebih gila lagi. Dia yang belum punya komputer pribadi, sering bermalam di salah satu sekolahan kejuruan di Yogyakarta. Teman saya itu memang alumni sekolahan tersebut. Setiap ada tugas kampus, dia memilih tidur di sekolahan SMK. Sepi, lumayan seram juga, tapi dia tetap enjoy dengan kebiasaan itu. Katanya, justru dari hal-hal seperti ini dia bisa membangun mimpi.
Saya baru saja membaca buku Exploiting Chaos. Di dalam buku tersebut, Jeremy Gutsche mencoba membalikkan beberapa paradigma umum dan memperlihatkan keuntungan yang bisa diraih bagi minoritas. Dalam salah satu bab berjudul, Krisis Menciptakan Peluang, Jeremy mewanti-wanti ancaman "harimau kelaparan".
Harimau kelaparan tidak lain adalah orang-orang penuh ambisi yang kebetulan masih berada di bawah bayang-bayang kesuksesan orang lain. Orang-orang seperti ini sama sekali tidak berada dalam kondisi yang nyaman. Otaknya selalu berpikir apa-apa-dan-apa. Sementara hatinya diburu ambisi ingin mencapai level yang lebih tinggi.
Etos seperti ini ada dalam diri nebengers. Teman saya itu, di tengah batas ketidaknyamanannya, di tengah habit-nya yang terus nebeng, dia menemukan tenaga untuk menjadi harimau lapar. Siap-siap saja, jika anggota hutan rimba lainnya tidak siap untuk bersaing, harimau kelaparan akan memangsa jatah milik mereka.
"Dampak paling nyata dari sebuah krisis adalah para pesaing menjadi lesu, dan mereka yang ambisius menemukan cara untuk tumbuh," tulis Jeremy.
Jika kita ingin menikmati energi lebih, saatnya berbalik arah dengan sedikit mengadopsi cara belajar para tukang nebeng yang ternyata bekerja luar biasa sekali.
Jakarta, 12 April 2015