Rabu, 31 Desember 2014

Belum Tahu Rasanya Tua, Tapi Sudah Tahu Rasanya Sepi

Share & Comment

Tua adalah sepi. Ketika kedua mata melihat banyak hal yang hilang di sekitar kita, sementara hati bertanya-tanya, "Kapan ada pertemuan lagi?"

Telepon singkat antara saya dan Bapak, Minggu 28 Desember kemarin seperti modul singkat yang mengurai betapa sepinya menjadi tua. Handphone saya berdering. Ibu bertanya kabar, dari mulai kesehatan hingga pekerjaan. Setelahnya, suara Bapak terdengar.

Kami jarang berkomunikasi lewat telepon. Hanya tiga atau dua bulan sekali. Ketika Bapak yang terlebih dahulu menghubungi, saya bisa menebak, berarti dia kangen suara anaknya.

Lewat sambungan telepon, di tengah obrolan tentatif, Bapak saya tiba-tiba bercerita. "Ndek omah muk ono poto adikmu, Cung. Gak ono potomu karo, Mbak." Bapak saya orang Jawa Timur, tidak pandai berbasa-basi. Bicaranya pun nyablak. Tutur Bapak saat itu, di rumah cuma ada foto adikku. Tidak ada foto saya dan mbak saya.

Di salah satu ruang di rumah saya, memang terpajang foto kedua adik saya. Dua-duanya berpose dengan pakaian ala wisudawan (foto mereka saat lulus TPQ atau SD, saya lupa). Foto-foto itu bersanding dengan sertifikat hasil prestasi mereka saat sekolah. Hanya foto kedua adik saya, tidak ada foto saya dan mbak saya.

Kalimat Bapak Minggu malam itu, menggambarkan betapa Bapak sering melihat foto-foto tersebut. Sebagaimana tuturnya, "Yoh nek kadang kangen karo anak, Bapak mung iso ngawasi foto-foto iku." Yah kalau kangen sama anak, Bapak cuma bisa ngawasi dua foto itu.

Saya terhenyak. Kami bukan keluarga yang pandai berbasa-basi, tidak pandai pula merajut harmonisasi dengan kata-kata manis. Kami hanya terbiasa dengan komunikasi blak-blakan. Sesaat setelah telepon terputus, kalimat Bapak itu membentuk modul: tua adalah rasa sepi.

Ibu kost saya di usia senjanya sering berbicara dengan kucing piarannya. Semakin banyak seseorang berbicara dengan benda, menunjukkan ia sedang merasa kesepian.

Ejawantah tua yang serupa rasa sepi tidak hanya dirasakan Bapak. Sebelum datangnya telepon dari Bapak Minggu malam itu, saya sedikit-sedikit sudah mendapat pencerahan arti tua dari lelaki sepuh yang menghabiskan masa hidupnya untuk pengabdian.

Lelaki sepuh ini luar biasa. Di usianya yang sudah menginjak kepala lima, dia masih hidup sendiri. Ia belum menikah, ia tinggal tanpa keluarga, ia hidup sendiri karena memilih hidup di ruang kecil (ruang kemahasiswaan) yang juga tempatnya bekerja. Pagi hari ia bekerja sebagai staf kemahasiswaan di salah satu kampus swasta Jogja. Sementara malam harinya, sering ia habiskan di gereja untuk pelayanan.

Ketika saya bertanya, "Apa nggak ngerasa sepi, Pak?" jawabnya sederhana, "Ya pasti. Tapi setiap orang pasti punya kesepian masing-masing di dunia ini." Baginya, rasa sepi adalah konsekuensi. Namanya hidup, pasti ada siklusnya. Setelah kemeriahan, setelah itu datanglah sepi menghujam.

Setiap orang pasti punya kesepian masing-masing di dunia ini. Namanya hidup, pasti ada siklusnya. Setelah kemeriahan, setelah itu datanglah sepi menghujam.

Saat lelaki sepuh ini rehat dari aktivitas kampus dan pelayanan gereja, ia memilih membaca Jakarta Post. Koran berbahasa Inggris itu ia baca bukan karena ia jago dalam bahasa Inggris. Ia selalu membawa kamus Inggris-Indonesia. Membaca Jakarta Post berarti cara dia belajar bahasa Inggris. Baginya, itu adalah jurus untuk membunuh sepi.

Tua adalah rasa sepi. Beberapa kenangan tersapu masa: bangunan yang berubah, teman yang tiada, makanan yang berbeda. 

"Kesepian adalah hal yang tidak saya suka dari kehidupan ini. Hal yang saya paling khawatirkan adalah sendiri tanpa ada yang merawat atau seseorang yang akan mempedulikan," tulis Anne Hathaway.

Kita memang belum sepenuhnya tahu rasanya tua, namun kita sudah sepenuhnya paham arti sepi. Sekhawatir apa pun kita akan rasa sepi, kita hanya butuh satu catatan saja. Bahwa tidak setiap keramaian menjanjikan kebahagiaan. Dan di setiap kebisingan seseorang selalu merindukan rasa sendiri.

Henry Rollins, musisi Amerika membalikkan pandangan umum akan arti sepi. Ia yang suka menyendiri, justru menemukan kebahagiaan akan kesendiriannya. Sebaliknya, ia terhujam sepi ketika berada di tengah kerumunan manusia.

"Ya, saya kira Anda bisa mengatakan bahwa saya seorang penyendiri, tapi saya merasa lebih kesepian di ruang yang ramai dengan orang-orang yang membosankan daripada aku merasa sendiri," ucap Henry Rollins.  
Kita tidak perlu takut rasa sepi, kita tidak perlu takut menjadi tua nanti. Sebab menjadi tua dan menikmati sepi, adalah cara Tuhan untuk menenggelamkan kita pada dzikir-dzikir penyadaran: siapa kita selama ini?


Yogyakarta, 31 Desember 2014
Tags: ,

Written by

Penulis buku, tinggal di Yogyakarta. Twitter: @Naqib_Najah

  • Punya Materi Bagus Tapi Tidak Ada Waktu Menulis!

    Banyak dosen yang tidak mempunyai waktu untuk menulis, padahal, mereka punya materi yang sangat bermanfaat.

  • Saya menulis buku biografi!

    Saat ini buku sudah dilirik sebagai media dokumentasi hidup yang sangat positif. Anda butuh penulisan biografi?

  • Berapa Biaya Hidup di Jogja? (Feature Radio)

    Ini dia pertumbuhan biaya hidup di kota pelajar ini. Pengin tahu lebih lanjut?

  • Jogja Kian Macet! (Esai Foto)

    Januari 2014 lalu saya beserta tim membuat esai foto menyoroti pembangunan hotel dan tingkat kemacetan....

  • Pengin Bikin Iklan Produk dalam Bentuk Video? Murah Kok!

    Iklan dengan bentuk video ternyata terkesan beda. Banyak orang melakukan hal ini, tapi... berapa sih biayanya?

 

Paraqibma Video Project


Layaknya anak-anak seusianya, Akila sering menemukan masalah saat proses belajar. Mulai dari susah diminta mengerjakan PR, hingga kejenuhan dengan sistem belajar.

Apa yang terjadi pada Akila selanjutnya? Simak video iklan berikut: Quamon, mini project by Paraqibma.

Artikel Bisnis


Dizipoint menjadi jembatan antara pebisnis dan pasar online. Selain plaza online, Dizipoint juga menyediakan artikel-artikel bisnis bagi pengunjung.

Saya menulis artikel-artikel bisnis untuk plaza online tersebut. Silakan login di sini untuk membaca artikelnya.

New Aquarich (Coming Soon)

Copyright © New Paraqibma | Designed by Templateism.com