Kamis, 22 Januari 2015

Pekerja Keras vs Mereka yang Berbakat

Share & Comment

"Mungkin ada orang yang memiliki bakat lebih dari Anda, tapi tidak ada alasan bagi siapa pun untuk bekerja keras melebihi apa yang Anda lakukan," Derek Jeter, pemain baseball profesional.

Kesempatan selalu mendatangi siapa pun. Tidak hanya untuk orang-orang yang berbakat, namun pekerja keras pun akan mendapatkan jatahnya. Antonio Salieri adalah komponis yang sangat terkenal di masanya. Pamornya di bidang musik, membuatnya selalu dipercaya kekaisaran Austria untuk menjadi musisi kerajaan sejak tahun 1788 hingga awal abad 18. Salieri memang piawai. Sejak usia 28 tahun, namanya sudah mengudara di bidang musik dengan sajian opera berjudul  Europa Riconosciuta (1778).

Akan tetapi, perlahan-lahan cerita berubah... Mozart mulai menggeser posisi Salieri. Dengan usia lebih muda enam tahun, Mozart diminta menjadi guru untuk keponakan sang kaisar. Salieri tidak terima. Salieri yang pekerja keras, dianggap kalah dari Mozart yang penuh akan bakat.

"Kemarahan Salieri terhadap Mozart mungkin dipicu oleh kecemburuannya--di mana ia telah bekerja sangat keras untuk menghasilkan karya seninya.... Sementara Mozart , tanpa kerja terlalu keras, berhasil menciptakan karya seni yang tidak bisa disangkal lagi....," tulis Jamie King dalam buku berjudul 111 Konspirasi Menghebohkan Dunia.

Siapa yang menang antara pekerja keras dan mereka yang berbakat? Dalam sebuah masyarakat, tidak semua anak dibekali sebuah bakat. Tidak semua anak adalah gifted. Akan tetapi, selalu ada tahapan di mana alam akan berpaling kepada mereka yang pantas. Akan ada jalan, di mana dunia melirik mereka yang pekerja keras.

Tema pekerja keras vs mereka yang berbakat menjadi obrolan antara saya dengan seorang teman. Kebetulan dia penikmat film, sekaligus mahasiswa jurusan film. Kemudahan yang diraih orang-orang berbakat, seolah menjadi diskriminasi dalam hidup ini. Ketika mereka yang berbakat hanya butuh sedikit effort untuk mencapai sesuatu, di sisi lain ada orang yang bekerja lebih untuk meraih prestasi yang sama.

Ketika mereka yang berbakat hanya butuh sedikit effort untuk mencapai sesuatu, di sisi lain ada orang yang bekerja lebih untuk meraih prestasi yang sama.

Kisah Mozart dan Salieri terangkat dalam film Amadeus (1984). Mozart dicitrakan sebagai pemuda yang cengengesan dan tidak tahu sopan santun, sementara Salieri dikenal pekerja keras dan ambisius. Nasib berpihak pada Mozart di masa itu. Salieri mendapat seperempat 'potongan roti' sementara Mozart menelan lebih banyak darinya.

Akankah mereka yang berbakat selalu mengungguli pekerja keras? Jawabannya kembali pada paragraf sebelumnya. Ada masanya dunia akan melirik pada mereka yang pantas. Alam punya akumulasi sendiri untuk menghitung kelayakan seseorang.

Pertengahan bulan kemarin menjadi hari yang istimewa bagi Cristiano Ronaldo. Senin, 12 Januari 2015, kemegahan seperti hanya milik Ronaldo. Zurich, Swiss menjadi tempat yang manis, semua orang melihat penghargaan FIFA Ballon d'Or jatuh ke tangannya sekaligus menyingkirkan rival abadi, Lionel Messi, si ayah ajaib itu.

Ronaldo dan Messi menjadi generasi baru kisah perseteruan pekerja keras dan pemilik bakat. Tidak ada kesamaan mutlak antara mereka berempat. Messi yang Mozart, dan Ronaldo yang Salieri. Messi yang penuh senyum, dan Ronaldo yang menatap penuh ambisi. Hanya saja, kali ini 'potongan roti' dibagi rata antar keduanya.

Messi yang Mozart, dan Ronaldo yang Salieri. Messi yang penuh senyum, dan Ronaldo yang menatap penuh ambisi. Hanya saja, kali ini 'potongan roti' dibagi rata antar keduanya. 

Sebelum penobatan FIFA Ballon d'Or 2015, perang statement mengudara di mana-mana. Orang-orang yang terlibat dalam persepakbolaan internasional saling melempar komentar. Gerard Pique memberi statement yang cukup santun. Siapa yang terbaik di antara keduanya? Ini persaingan antara si mental tangguh dan si kecil berbakat.

“Perbandingan antara keduanya bukan soal siapa yang terbaik, ini hanya faktor sudut pandang. Cristiano seperti mesin yang sempurna, pekerja keras yang terus ingin berkembang. Ia selalu menuntut dirinya lebih baik..." puji Pique untuk Ronaldo.

"Leo juga layak memenangi Ballon d’Or. Mungkin saja ia tidak seobsesif atau sekeras Ronaldo dalam membentuk diri. Tapi ketika Messi mendapatkan bola, sulit merebutnya kembali,” sambungnya untuk Messi.

Diskriminasi hidup yang seakan-akan hanya memihak orang-orang berbakat terpecahkan dari episode panjang Ronaldo dan Messi. Mozart (mereka yang berbakat) yang sebelumnya mengambil 'potongan roti' lebih banyak, kali ini harus berbagi rata dengan mereka yang bekerja keras. 

Tidak hanya untuk Ronaldo-Messi. Persaingan antara gifted dan hardworker juga tersaji dalam kisah Guardiola dan Mourinho. Eks pelatih Barcelona itu disebut mewakili kalangan gifted, sementara Mou masuk dalam golongan hardworker.

“Jika Guardiola adalah Mozart, maka Mourinho adalah Salieri. Dia [Salieri] akan menjadi musisi hebat seandainya Mozart tidak hidup di zamannya,” tutur Eks Direktur Umum Real Madrid, Valdano dalam bukunya yang berjudul The Eleven Powers of the Leader.

Persaingan hidup akan selalu lahir. Tanpa perlu memperbanyak rasa iri, kerja keras memang harus dilakukan. Sebagaimana tutur Derek Jeter, kalau bukan seorang yang berbakat, jangan sampai orang lain bekerja lebih keras dari diri kita.

Gifted atau hardworker? Kerja keras akan mengantarkan kita untuk merebut banyak 'potongan roti'.

Yogyakarta, 22 Januari 2015
Tags: ,

Written by

Penulis buku, tinggal di Yogyakarta. Twitter: @Naqib_Najah

  • Punya Materi Bagus Tapi Tidak Ada Waktu Menulis!

    Banyak dosen yang tidak mempunyai waktu untuk menulis, padahal, mereka punya materi yang sangat bermanfaat.

  • Saya menulis buku biografi!

    Saat ini buku sudah dilirik sebagai media dokumentasi hidup yang sangat positif. Anda butuh penulisan biografi?

  • Berapa Biaya Hidup di Jogja? (Feature Radio)

    Ini dia pertumbuhan biaya hidup di kota pelajar ini. Pengin tahu lebih lanjut?

  • Jogja Kian Macet! (Esai Foto)

    Januari 2014 lalu saya beserta tim membuat esai foto menyoroti pembangunan hotel dan tingkat kemacetan....

  • Pengin Bikin Iklan Produk dalam Bentuk Video? Murah Kok!

    Iklan dengan bentuk video ternyata terkesan beda. Banyak orang melakukan hal ini, tapi... berapa sih biayanya?

 

Paraqibma Video Project


Layaknya anak-anak seusianya, Akila sering menemukan masalah saat proses belajar. Mulai dari susah diminta mengerjakan PR, hingga kejenuhan dengan sistem belajar.

Apa yang terjadi pada Akila selanjutnya? Simak video iklan berikut: Quamon, mini project by Paraqibma.

Artikel Bisnis


Dizipoint menjadi jembatan antara pebisnis dan pasar online. Selain plaza online, Dizipoint juga menyediakan artikel-artikel bisnis bagi pengunjung.

Saya menulis artikel-artikel bisnis untuk plaza online tersebut. Silakan login di sini untuk membaca artikelnya.

New Aquarich (Coming Soon)

Copyright © New Paraqibma | Designed by Templateism.com