Minggu, 23 November 2014

Betapa Sakitnya Berangan-angan

Share & Comment

Dalam dongeng-dongeng anak (fairy tales), sendi-sendi kehidupan tersaji dengan cara sederhana namun tetap reflektif. Dongeng mampu menyajikan kisah fiktif sebagai cermin sekaligus hiburan. Medium fairy tales tidak membutuhkan bahasa yang penuh dengan silat lidah (metafora), namun isi yang mendalam dengan penyampaian yang lugas justru memberi pesan yang empiris.

Cerita Si Pohon Cemara yang ditulis H.C Andersen pada tahun 1844, mempunyai muatan psikologis yang sangat kuat. Bagi yang pernah membaca cerita tersebut, salah satu kesimpulan yang bisa ditulis adalah: momen terbaik ya hari ini.


Andersen lewat kisah cemaranya ingin berbagi pesan, tidak ada hari terindah kecuali hari ini. Ia ingin menepis segala angan-angan yang justru malah menggangu kebahagiaan manusia.

"Di dalam hutan berdiri sebatang pohon cemara yang indah. Tempat ia tumbuh sangat luas dan penuh dengan cahaya," tulis Andersen. Cemara yang indah dan tumbuh di hutan yang rindang ternyata tidak menemukan kebahagiaan.

Mata batinnya tertutup, tidak bisa melihat kebahagiaan hanya karena tingginya angan-angan. Ia yang sebenarnya indah, tidak terima lantaran postur tubuhnya yang terlalu pendek. "Kecil sekali pohon ini," komentar anak-anak petani tentang cemara tersebut. Mulailah tertanam hasrat besar, cemara kecil yang cantik ingin segera besar.

Setelah keinginannya terpenuhi, hari-hari cemara masih dipenuhi dengan angan-angan lain. Ia ingin segera menjadi tua. Alasannya, karena ia ingin seperti cemara lain yang ditebangi lalu diangkut di atas kapal.

"Oh kalau saja aku cukup tinggi sehinga bisa mengarungi lautan!" ucap cemara. Ia ingin mencicipi pengalaman layaknya cemara lain, ingin segera ditebang, ingin segera melihat dunia lebih luas. Sebelum angan-angan itu terpenuhi, hari-hari cemara pun tetap dirundung kesedihan.


Ilustrasi pohon cemara dalam dongeng Si Pohon Cemara, H.C Andersen. 
Ilustrasi oleh: Vilhelm Pedersen
Seiring berjalannya waktu, angan-angan cemara sedikit berbelok. Tidak ada lagi keinginan mengarungi lautan, namun ia ingin segera ditebang menjadi pohon Natal. Angan-angan ini muncul gara-gara kisah burung gereja yang menuturkan kenikmatan menjadi pohon Natal.

Saat Natal tiba, gayung bersambut. Cemara cantik ditebang. Ia dijadikan pohon Natal dengan banyak hiasan di rantingnya. Cemara cantik menikmati hal itu. Tapi tanpa ia sadari, setiap hal di dunia selalu mempunyai konsekuensi. Selepas menjadi pohon Natal, cemara mendekam sepi karena dibuang di sebuah gudang.

Jackie Wullschlager selaku penulis biografi H.C Andersen menganggap cerita Si Pohon Cemara mempunyai kaitan erat dengan kehidupan pribadi penulis. Andersen pernah bekerja sebagai buruh di pabrik rokok, lalu menjadi penjahit, penenun, dan bahkan pernah mencoba peruntungannya sebagai penari.

Kepindahannya ke Kopenhagen membuatnya mengalami banyak hal sulit pada kisaran tahun 1819.

Kisah cemara sungguh sangat empiris. Mudah sekali menemukan orang-orang dengan problem yang sama. Porsi angan-angan yang berlebihan tanpa diimbangi rasa syukur, mendorong seseorang pada kebutaan. Tidak ada lagi sudut pandang kebahagiaan dalam dirinya. Semuanya tertutup oleh hasrat tinggi untuk sampai pada tahapan yang diinginkan.

Hasrat menggebu-gebu yang dialami cemara membuatnya ingin memangkas proses-proses hidup yang normal. Ia ingin segera tinggi, ingin segera tua, tanpa ia sadari semua itu butuh proses alamiah. Cemara adalah kita, yang sama-sama sering termakan oleh angan-angan.

Saat beberapa kali hadir di kelas meditasi, anjuran yang sering disampaikan adalah untuk menikmati momen saat ini (present). Bukan berarti masa lalu dan masa depan tidak penting, namun banyak hal terasa berharga ketika kita tahu diri kita saat ini.

Sungguh sulit menjadi cemara. Sungguh sulit menjadi orang yang tidak bisa bahagia saat ini karena mengharapkan kemegahan di masa depan. Maka benar nasihat Matahari kepada cemara, "Nikmatilah kesegaran pertumbuhanmu dan kehidupan muda yang ada dalam dirimu (saat ini)."

Yogyakarta, 23 November 2014

Tags: ,

Written by

Penulis buku, tinggal di Yogyakarta. Twitter: @Naqib_Najah

  • Punya Materi Bagus Tapi Tidak Ada Waktu Menulis!

    Banyak dosen yang tidak mempunyai waktu untuk menulis, padahal, mereka punya materi yang sangat bermanfaat.

  • Saya menulis buku biografi!

    Saat ini buku sudah dilirik sebagai media dokumentasi hidup yang sangat positif. Anda butuh penulisan biografi?

  • Berapa Biaya Hidup di Jogja? (Feature Radio)

    Ini dia pertumbuhan biaya hidup di kota pelajar ini. Pengin tahu lebih lanjut?

  • Jogja Kian Macet! (Esai Foto)

    Januari 2014 lalu saya beserta tim membuat esai foto menyoroti pembangunan hotel dan tingkat kemacetan....

  • Pengin Bikin Iklan Produk dalam Bentuk Video? Murah Kok!

    Iklan dengan bentuk video ternyata terkesan beda. Banyak orang melakukan hal ini, tapi... berapa sih biayanya?

 

Paraqibma Video Project


Layaknya anak-anak seusianya, Akila sering menemukan masalah saat proses belajar. Mulai dari susah diminta mengerjakan PR, hingga kejenuhan dengan sistem belajar.

Apa yang terjadi pada Akila selanjutnya? Simak video iklan berikut: Quamon, mini project by Paraqibma.

Artikel Bisnis


Dizipoint menjadi jembatan antara pebisnis dan pasar online. Selain plaza online, Dizipoint juga menyediakan artikel-artikel bisnis bagi pengunjung.

Saya menulis artikel-artikel bisnis untuk plaza online tersebut. Silakan login di sini untuk membaca artikelnya.

New Aquarich (Coming Soon)

Copyright © New Paraqibma | Designed by Templateism.com