Jumat, 08 Maret 2013

Sekali-sekali, Bolehlah Membuang Kata Sempurna

Share & Comment
Mugkin karena Edith Schaeffer terlalu kenyang dengan nilai-nilai hidup, ia akhirnya tahu bagaimana seseorang harus mengejar kesempurnaan. Ia yang lahir dari ayah George dan ibu Jessie Seville (dua-duanya missionaries yang mengabdi di China), telah bertemu dengan jutaan orang yang bermasalah. Oleh karenanya, ia pun merumuskan: "Orang-orang membuang apa yang mereka bisa miliki dengan menekankan pada kesempurnaan, yang mereka tidak dapat memiliki."

Bagaimana merumuskan arti kesempurnaan dalam hidup? Bagaimana meraihnya? Apakah kita harus berburu kata ‘sempurna’ dan meninggalkan segala ketidak sempurnaan? Edith Rachel atau yang bernama Cina, Mei Fuh—berarti kebahagiaan yang indah—tentu sering mendengar pertanyaan-pertanyaan dengan nada yang sama.

Kesempurnaan tidak harus menghambat kita dalam mengumpulkan keindahan-keindahan kecil. Memilih untuk menabung keindahan-keindahan seukuran kerikil jauh lebih baik ketimbang menunggu kesempurnaan segunung namun membuat seseorang jijik setengah amnesia terhadap hal-hal sepele yang berdampak besar, nasihat Edith Schaeffer.

Tanggal 26 hingga 28 Februari kemarin memang bukan hari yang sempurna  untuk Valentino Rossi. Sepang, Malaysia, masih belum memberinya keberuntungan. Dalam tiga hari itu, ia hanya mencatat posisi tercepat kelima, sebelum kemudian meraih posisi setingkat lebih atas di hari ketiga. Jika harus menakar, maka posisi tersebut di luar kesempurnaan The Doctor. "Unfortunately we had some technical problems this morning,” keluhnya.  

Valentino Rossi diskusi dengan Yamaha Team

Valey sudah tahu problem yang menimpa timnya bahkan sebelum memulai tes. Segunung harapan yang ia taruh di pundak YZRM1, ternyata belum terbalas dengan segunung hasil yang meyakinkan. Ada masalah di bagian rem, tim kehilangan banyak waktu untuk memodifikasi ulang pengaturan motor, ditambah lagi kesalahan tim dalam memprediksi cuaca Sepang. Menumpuk, demikian Rossi menemukan problem.

Dalam keadaan seperti itu, Valey sebenarnya mempunyai dua pilihan: tetap mengikuti tes dengan berbagai problem, atau mundur dari tes dan menunggu datangnya kesempurnaan.

Pada pilihan pertama, konsekuensi jauh lebih bisa diprediksi: ia tidak akan meraih catatan waktu terbaik, yang nantinya berujung pada komentar publik dengan nada mencibir. Sementara pilihan kedua membuatnya bertindak perfeksionis, sekian sifat yang dipuja banyak orang.

Kenyataannya Valentino Rossi tetap menggeber motornya. Hasilnya pun sesuai prediksi: ia gagal masuk tiga besar. Bahkan, jika publik berniat mencibir, bisa saja mereka berkata pembalap yang sembilan kali juara dunia itu kalah dengan Stefan Bradl yang hanya mengendarai LCR Honda (di tes hari pertama, 26/03/13) dan Cal Crutchlow yang mengendarai Yamaha Tech 3 (di tes hari kedua, 27/2/13).

Seolah copy paste, cerita tentang Valentino Rossi dan kesempurnaan dalam melngkah pun sering terjadi di sendi-sendi kehidupan yang lebih luas. Jika Anda seorang penulis, maka akan ada pilihan: memulai menulis berdasarkan genre yang sedang Anda buru, atau menundanya lantaran Anda masih melihat serangkaian problem. Mungkin Anda masih melihat gaya pembahasaan yang masih kacau, plotting yang masih berantakan, pemilihan tema yang masih standar, pendalaman materi yang kurang dalam. Itu adalah pundi-pundi problem Anda. Problem yang kadang tidak sebanding dengan niat atau tabungan ide yang kita miliki. Probelm yang membuat Anda takut melangkah karena khawatir akan menimpa cibiran, kritik atas hasil yang sudah Anda raih. Hingga akhirnya Anda pun perlahan-lahan mengidap sindrom perfeksionis, menunda berkarya dengan dalih menanti level sempurna.

Sindrom, semacam hal buruk: perfeksionis tidak selamanya hal baik. "Saya memiliki sifat buruk yaitu perfeksionis. Saya kira secara tak sadar saya menonjolkannya karena hal ini datang dari keraguan pribadi dan ketidakamanan yang saya rasakan, padahal bagi saya itu ironis," demikian aku Gwyneth Paltrow yang lahir dari ayah produser film dan ibu yang tak kalah perfeksionisnya.

Menjadi perfeksionis membuat kita sibuk bermain strategi di ruang ganti, hingga akhirnya lupa untuk terjun dalam kompitisi yang seharusnya dijalani. Boleh kita menaruh harapan menikmati keindahan di puncak gunung, namun bukan berarti membuat kita menolak menikmati angin pedesaan walau hanya dari tebing. Boleh Valentino Rossi berharap memiliki start yang bagus sebagai bukti comeback-nya dengan Yamaha, namun bukan berarti ia menolak menjalani tes lantaran banyak problem.

Memikirkan bagaimana membentuk mesin yang super cepat, meraih bentuk tulisan dengan plotting yang indah, bahasa yang baik, cerita yang kompleks, adalah langkah-langkah menuju kesempurnaan. Asal tetap memasang alarm untuk mengingat nasihat Edith Schaeffer: Orang-orang membuang apa yang mereka bisa miliki dengan menekankan pada kesempurnaan, yang mereka tidak dapat memiliki.

Hingga tiba saya menulis ini, suatu saat saya akan berbicara teman yang sekaligus atasan saya, untuk tidak terlalu rajin pergi ke Gramedia. Menulis saja! Toh kadang produkivitas lebih dihargai ketimbang perfeksionalisme.

Yogyakarta, 08 Februari 2013

Dengan sepenuh kantuk, tapi untuk menulis, tidak harus menunggu kesempurnaan energy kan?




Tags: ,

Written by

Penulis buku, tinggal di Yogyakarta. Twitter: @Naqib_Najah

  • Punya Materi Bagus Tapi Tidak Ada Waktu Menulis!

    Banyak dosen yang tidak mempunyai waktu untuk menulis, padahal, mereka punya materi yang sangat bermanfaat.

  • Saya menulis buku biografi!

    Saat ini buku sudah dilirik sebagai media dokumentasi hidup yang sangat positif. Anda butuh penulisan biografi?

  • Berapa Biaya Hidup di Jogja? (Feature Radio)

    Ini dia pertumbuhan biaya hidup di kota pelajar ini. Pengin tahu lebih lanjut?

  • Jogja Kian Macet! (Esai Foto)

    Januari 2014 lalu saya beserta tim membuat esai foto menyoroti pembangunan hotel dan tingkat kemacetan....

  • Pengin Bikin Iklan Produk dalam Bentuk Video? Murah Kok!

    Iklan dengan bentuk video ternyata terkesan beda. Banyak orang melakukan hal ini, tapi... berapa sih biayanya?

 

Paraqibma Video Project


Layaknya anak-anak seusianya, Akila sering menemukan masalah saat proses belajar. Mulai dari susah diminta mengerjakan PR, hingga kejenuhan dengan sistem belajar.

Apa yang terjadi pada Akila selanjutnya? Simak video iklan berikut: Quamon, mini project by Paraqibma.

Artikel Bisnis


Dizipoint menjadi jembatan antara pebisnis dan pasar online. Selain plaza online, Dizipoint juga menyediakan artikel-artikel bisnis bagi pengunjung.

Saya menulis artikel-artikel bisnis untuk plaza online tersebut. Silakan login di sini untuk membaca artikelnya.

New Aquarich (Coming Soon)

Copyright © New Paraqibma | Designed by Templateism.com