Senin, 11 Maret 2013

Membungkus Hidup di dalam Hidup: Gejala Antropomorfisme di Tengah Ingar Bingar

Share & Comment
Ketika sudah tidak ada kepuasan untuk melihat yang nyata, lahirlah kecenderungan untuk menghidupi diri sendiri dengan segala yang tidak nyata. 

Pukul tujuh pagi, ketika semestinya Anda sudah bangun dan siap bekerja, dengan sepenuh peluh Anda akan melirik hape sambil berbicara kepadanya, “Ini masih terlalu dingin untuk pergi ke kamar mandi.” Pukul dua siang, ketika rasa capek serasa timpukan buku di bagian pundak, Anda akan meraih miniatur kartun di meja kerja sambil berbicara, “Hidup penuh beban.” seraya setengah mengelus kepala miniature tersebut. Ketika tiba pukul sepuluh malam, jelang menutup mata, Anda meraih bantal guling, kadang juga boneka, lalu berkata, “Hei, aku harap besok baik-baik saja.”

Seberapa sering Anda hidup dalam imajinasi dan dunia nyata? Pada jam-jam berapa Anda berbicara dengan benda mati lalu mengimajinasikannya sesuai karakter yang Anda suka?   

Antropomorfisme berasal dari kata anthropos yang berarti manusia dan morphe yang berarti bentuk. Mula-mulanya istilah ini lahir pada tahun 1700. Sesuai artinya, antropomorfisme menggambarkan kecenderungan seseorang untuk memanusiakan benda yang ada di sekelilingnya. Angin, hewan, tumbuhan, meja kerja, motor yang Anda kendarai, hingga diary yang menyimpan seribu keluh kesah Anda; jika Anda suka berbicara dengan benda-benda tersebut, maka jangan marah kalau disebut penganut antropomorfisme.   

Saya mendadak menyukai istilah ini. Robert Zemeckis (Sutradara film Cast Away), Tom Hanks (aktor utama dalam film Cast Away), dan John Tierney (penulis salah satu kolom di Science Times yang membedah film Cast Away), adalah tiga nama yang mengenalkan saya dengan istilah tersebut. Cast Away, berdasarkan visualisasi Robert Zemeckis, menunjukkan betapa antropomorfisme menjadi demam yang menyelamatkan manusia dari sifat keterasingannya, dari ketidak terimaannya terhadap hidup.
***

Nasib Chuck Noland (diperankan Tom Hanks) sangatlah tidak mengenakkan. Ia yang diutus oleh perusahaan jasa pengiriman untuk meninjau salah satu cabang di Pasifik Selatan, mendapat musibah di tengah perjalannya. Pesawat pemuat barang jatuh di tengah pulau. Chuck Noland satu-satunya orang yang selamat. Bisa dipastikan, beberapa malam berikutnya ia harus mengutuk waktu dengan kesunyian.

Antropomorfisme: Chuck Noland berbicara dengan WIlson si bola volley
Beruntung, setelah membuka beberapa kardus—satu dari sekian dari kardus pengiriman yang terselamatkan—Ia mendapati bola volley. Antropomorfisme pun terjadi. Chuck membentuk wajah monyet dengan darahnya di atas bola tersebut, ia memberinya nama Wilson.

Ketidakpuasannya melihat kenyataan hidup: terdampar sendirian di tengah laut, tidak memperoleh bantuan dari tim penyelamat, membawa Chuck untuk menghidupi dirinya sendiri dengan imajinasinya. Ia mulai rajin berbicara dengan Wilson si bola volley, ia menemukan semangat berkat pertemanannya dengan bola volley, ia menangis luar biasa ketika mendapati Wilson hilang terseret arus ombak.

Jika ada istilah energy mengikuti imajinasi 1), maka pada saat itu juga, Chuck mengalami kebenarannya. Dengan berbicara kepada Wilson, bola volley tersebut, ia membangun semangat perlahan-lahan. Chuck berjoget-joget ketika mampu menyalakan api, ia yang semula memutuskan bunuh diri akhirnya mau memperjuangkan hidupnya untuk keluar dari pulau tak berpenghuni. 1500 hari di pulau itu, tidak lain adalah episode pertemanan Chuck dengan Wilson, episode antropomorfisme.  
***

John Tierney, seorang kolomnus di Science Times, tertarik untuk mengungkap kehidupan Wilson si bola volley. Dengan data-data lengkapnya, John mengutip beberapa pendapat ilmuan dari Universitas di Chicago dan Harvard yang sengaja membedah film Cast Away dan kaitannya dengan antropomorfisme. Tegas mereka:

"Ada korelasi antara bagaimana orang merasa kesepian dan kecenderungan untuk menggambarkan gadget sebagai manusia.

Sesuai dengan uji cobanya, ketika beberapa orang dikondisikan dalam keadaan kesepian, maka mereka akan menggambarkan bintang piaraan, atau hal apa pun yang berhubungan dengan pelaku tersebut.
***

Ketika sudah tidak ada kepuasan untuk melihat yang nyata, lahirlah kecenderungan untuk menghidupi diri sendiri dengan segala yang tidak nyata. Antropomorfisme mampu menghidupi manusia dengan hal-hal yang tidak kasat mata di saat mereka jenuh dengan segala yang nyata.

Chuck menghidupi dirinya lewat Wilson, Anda menghidupi diri Anda lewat boneka, tas yang setia menemani aktivitas Anda, atau laptop yang selalu siap menuliskan ide yang ada di kepala Anda. Wilson, boneka Anda, tas, dan laptop, teman antropomorsime. John Tierney pun memberi nama Wilma untuk komputer pertamanya, dan Odysseus untuk mobilnya.  

Jika Chuck mendera antropomorfisme di tengah kesendiriannya selama empat tahun di tengah pulau, maka itu wajar-wajar saja. Ia memang terasingkan. Menjadi setengah tidak sah dan perlu dipertanyakan lagi jika Anda, di tengah kehidupan yang semakin ingar bingar, masih merasa kesepian dan mendera antropomorfisme

Selera manusia memang bermacam-macam. Ada yang suka membungkus ulang kado yang sebenarnya sudah terbungkus, ada juga yang menerima apa adanya. Jika Anda dalam pilihan pertama, maka boleh saja Anda membungkus hidup di dalam ‘hidup’. Imajinasi Anda membungkus dunia nyata Anda.

“Kita tidak pernah bisa menebak apa yang dibawa oleh air pasang,” nasihat Chuck. Maka Anda tidak akan tahu apa yang dibawa imajinasi Anda esok hari. 

Masih mungkin, berkat imajinasi Anda, ‘air pasang’ esok hari membawakan kado sesuai bayangan Anda. Teruslah berimajinasi. Hingga suatu saat, layaknya Chuck yang berterima kasih akan imajinasinya (baik tentang Wilson si bola volley atau bayangan Kelly, pacarnya), Anda akan berterima kasih juga kepada imajinasi Anda. 'Makhluk-makhluk kecil' yang menghuni kerajaan sepi. Lalu jika harus bertanya, maka seberapa lama Anda menyelami imajinasi dan bertapak pada kenyataan? 

Menghitung prosentase keduanya akan membuat memperjelaskan apakah Anda sudah sangat kompleks dengan antropomorfisme atau baru gejala saja.

Yogyakarta, 11 Maret 2013
Hujan pagi hari, antropomorfisme mendera.
1) Salah satu kutipan favorit dari Albert Einstein  
Tags: ,

Written by

Penulis buku, tinggal di Yogyakarta. Twitter: @Naqib_Najah

  • Punya Materi Bagus Tapi Tidak Ada Waktu Menulis!

    Banyak dosen yang tidak mempunyai waktu untuk menulis, padahal, mereka punya materi yang sangat bermanfaat.

  • Saya menulis buku biografi!

    Saat ini buku sudah dilirik sebagai media dokumentasi hidup yang sangat positif. Anda butuh penulisan biografi?

  • Berapa Biaya Hidup di Jogja? (Feature Radio)

    Ini dia pertumbuhan biaya hidup di kota pelajar ini. Pengin tahu lebih lanjut?

  • Jogja Kian Macet! (Esai Foto)

    Januari 2014 lalu saya beserta tim membuat esai foto menyoroti pembangunan hotel dan tingkat kemacetan....

  • Pengin Bikin Iklan Produk dalam Bentuk Video? Murah Kok!

    Iklan dengan bentuk video ternyata terkesan beda. Banyak orang melakukan hal ini, tapi... berapa sih biayanya?

 

Paraqibma Video Project


Layaknya anak-anak seusianya, Akila sering menemukan masalah saat proses belajar. Mulai dari susah diminta mengerjakan PR, hingga kejenuhan dengan sistem belajar.

Apa yang terjadi pada Akila selanjutnya? Simak video iklan berikut: Quamon, mini project by Paraqibma.

Artikel Bisnis


Dizipoint menjadi jembatan antara pebisnis dan pasar online. Selain plaza online, Dizipoint juga menyediakan artikel-artikel bisnis bagi pengunjung.

Saya menulis artikel-artikel bisnis untuk plaza online tersebut. Silakan login di sini untuk membaca artikelnya.

New Aquarich (Coming Soon)

Copyright © New Paraqibma | Designed by Templateism.com