Senin, 18 Maret 2013

Nyanyian We Are here Sahabat Korespondensi

Share & Comment
Semakin sering kita berkomunikasi, semakin terbuka pintu-pintu baru untuk saling memahami.

Korespondensi berarti surat menyurat. Kita berkirim kabar kepada salah seorang sahabat, begitu pun sebaliknya, ia memberi balasan mengenai kebahagiaan, kesedihan, atau pencapaian yang ia rasakan di seberang sana.

Pada tahun 1995, ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar, gairah korespondensi bisa saya lihat lewat sampul-sampul Lembar Kerja Siswa (LKS). Di sampul belakang, tampil foto dan biodata singkat pelajar dari sekolah lain. Seringnya, hobi yang mereka cantumkan adalah: korespondensi. Perangko menjadi benda koleksi, diary menjadi pegangan wajib, majalah gencar menyediakan rubrik yang menampilkan biodata (berisi hobi, alamat rumah, cita-cita) yang memancing pembacanya untuk saling berkorespondensi. Bertukar kabar sempat menempati puncaknya sebagai hobi yang masif.

Surat menyurat menjawab kebutuhan kita akan berbagi, mengerti, dan dipahami. ColinDexter, penulis asal negeri Ratu Elizabet yang terkenal berkat karyanya, Inspector Morse (akhirnya diubah menjadi serial televisi ke dalam 33 epiosde dari tahun 1987–2000), menganggap korespondensi sebagai caranya mengejar ketertinggalan.

Korespondensi adalah adegan mengetuk pintu, mengunjungi ‘rumah’, ‘menyapa’, mengenali. Ketika berkorespondensi, ketika itu juga kita menyewa secarik kertas untuk mengunjungi kediaman orang lain. Pertama-tama, ia akan mengetuk pintu. Setelah dibuka, ia kemudian mengudarakan kabar, menyampaikan pesan, dan seterusnya. Dengan sepenuh etika, secarik kertas tersebut lantas membuat sahabat Anda berempati, jawaban pun disampaikan.   

Pertunjukan korespondensi diperlihatkan begitu manis oleh Jimmy Hayward. Horton Hears a Who! yang rilis pada tahun 2008, baru menyadarkan saya arti korespondensi justru pada tahun ini. Lewat Horton si gajah, dan debu kecil yang menyimpan kehidupan Whoville, saya tersentak arti maknawi korespondensi antara manusia, mimpi, dan hal-hal kecil dalam hidup.
***

Apa hal paling dekat dalam diri kita? Anda bisa menjawab urat nadi. Apa yang paling dekat dalam diri kita? Anda bisa menjawab Tuhan dengan merujuk salah satu hadist qudsi. Apa yang paling dekat dalam diri kita? Anda bisa menjawabnya apa saja yang ada di kepala Anda. 

Segala yang kita pikirkan memang akan menjadi hal paling terdekat ketika itu juga. Jika Anda memikirkan hutang, maka hitungan jumlah rupiah untuk segera dikembalikan akan menjadi hal paling dekat bagi Anda. Jika Anda memikirkan travelling ke luar negeri, maka bangunan kastel dan cuacan dingin Milan akan menjadi hal paling dekat bagi Anda. Sebagaimana Horton, hal paling dekat baginya bukanlah Morton si tikus kecil yang setiap hari menemaninya, melainkan Whoville, makhluk kecil dalam sebutir debu yang tidak pernah ia temui.  

Ia memang tidak pernah melihat Whoville. Kedua mata Horton tidak sesakti kedua telinganya, ia pun hanya bisa mendengar suara Walikota Whoville yang mengabarkan sedikit kekacauan pada negeri Whoville yang dipimpinnya, negeri debu. Namun dari kata Help yang ia dengar, Horton akhirnya terpanggil menjadi sukarelawan akan nasib Walikota Whoville dengan 97 anak serta rakyat-rakyatnya.

Korespondensi dalam arti makna pun ditunjukkan dengan begitu bagus oleh Jimmy Hayward. Ia memvisualisasikan Horton yang rajin berkirim kabar dengan Walikota Whoville, dengan catatan Horton tidak pernah melihat sahabatnya, namun percaya Walikota Whoville patut menjadi teman dekatnya. Dalam taraf ini, Jimmy Hayward mengajak kita kembali ke bentuk korespondesi di masa-masa 95-an, di mana orang berkirim kabar justru kepada mereka yang tidak pernah ia temui. 

Horton dan debu kecil: 'korespondensi' yang menarik.
Sebab bertukar kabar mampu membukakan pintu-pintu baru untuk saling memahami, ‘korespondensi’ yang dilakukan Horton pun membukakan hubungan yang harmonis antar Horton dan Whoville. Horton (pengirim kabar) dan Walikota Whoville (sahabat dalam ‘korespondensi’) membentuk satu senyawa. Keduanya menjalin ikatan emosional: Horton berempati dengan kehidupan Whoville, sebaliknya, makhluk-makhluk kecil itu terus memberi memberi dukungan supaya Horton sukses menyelamatkannya.

Apa yang paling dekat dalam hidup Anda? Mimpi barangkali. Bukannya sukses dalam berkarir, produktif dalam berkarya, dan cita-cita lainnya memakan porsi banyak dalam waktu Anda?

Sebagaimana Horton dan Walikota Whoville, Anda dan mimpi Anda adalah dua hal yang senyawa: kawan dekat, melebihi segala yang setiap hari Anda temui secara kasat mata. Mimpi tersebut menyisihkan ‘Morton-Morton’ yang kasat mata dan setiap hari menemani Anda, mimpi (hal yang ada di kepala kita) melebihi teman yang terbaca oleh kelopak mata.

Maka setiap hari kita berkorspondensi dengan mimpi tersebut. Mimpi, adalah Walikota Whoville yang membutuhkan bantuan. Sementara kita tidak lain adalah Horton yang terpanggil untuk menyelamatkannya. ‘Korespondensi’, aktivitas bertanya kabar antara kita (penyurat) dan mimpi (sahabat korespondensi) akan membukakan pintu-pintu baru. Kita menjadi semakin memahami apa yang kita kehendaki, kita menjadi semakin percaya apa yang kita cita-citakan adalah sahabat terbaik yang harus segera diselamatkan.

Sebelum memejamkan mata, Anda berkirim kabar kepadanya, bisa saja mengenai kesulitan Anda untuk menyelamatkan ‘mimpi’ tersebut, sahabat korespondensi Anda. Lalu dengan sepenuh empati, mimpi, sahabat korespondensi itu menjawab, “Apakah kamu tega menelantarkanku dalam kondisi yang belum ‘jadi’?” Pasca mendengarnya, Anda kembali semangat untuk memperjuangkannya hingga taraf ‘menjadi’. Anda dan mimpi Anda satu nyawa yang saling berkorespondensi.

Hingga ketika Anda benar-benar down, dan tidak melihat jalan untuk memperjuangkan, sahabat korespondensi (mimpi, hal yang ada di kepala Anda dan tak kasat mata) akan meneriakkan, “We Are Here…. We Are Here…. We Are Here.” Kami di sini, kami di sini, kami di sini, butuh pertolongan, butuh diselamatkan, layaknya Horton ketika mendapat sandera di tengah perjuangannya menyelamatkan Whoville. Lalu sejauh mana korespondensi Anda dan mimpi Anda? Namun apa pun iu, Anda dan mimpi Anda, selamat berkorespondensi. Harmonisasi kalian berdua melahirkan nyanyian We Are Here… We Are Here… We Are Here di tengah ‘ranjau down’ yang menyakitkan.

Yogyakarta, 18 Maret 2013

Di tengah teriakkan Jojo dan pasukan Whoville yang setiap hari setia bernyanyi We Are Here untuk kedua telinga saya.

Tags:

Written by

Penulis buku, tinggal di Yogyakarta. Twitter: @Naqib_Najah

  • Punya Materi Bagus Tapi Tidak Ada Waktu Menulis!

    Banyak dosen yang tidak mempunyai waktu untuk menulis, padahal, mereka punya materi yang sangat bermanfaat.

  • Saya menulis buku biografi!

    Saat ini buku sudah dilirik sebagai media dokumentasi hidup yang sangat positif. Anda butuh penulisan biografi?

  • Berapa Biaya Hidup di Jogja? (Feature Radio)

    Ini dia pertumbuhan biaya hidup di kota pelajar ini. Pengin tahu lebih lanjut?

  • Jogja Kian Macet! (Esai Foto)

    Januari 2014 lalu saya beserta tim membuat esai foto menyoroti pembangunan hotel dan tingkat kemacetan....

  • Pengin Bikin Iklan Produk dalam Bentuk Video? Murah Kok!

    Iklan dengan bentuk video ternyata terkesan beda. Banyak orang melakukan hal ini, tapi... berapa sih biayanya?

 

Paraqibma Video Project


Layaknya anak-anak seusianya, Akila sering menemukan masalah saat proses belajar. Mulai dari susah diminta mengerjakan PR, hingga kejenuhan dengan sistem belajar.

Apa yang terjadi pada Akila selanjutnya? Simak video iklan berikut: Quamon, mini project by Paraqibma.

Artikel Bisnis


Dizipoint menjadi jembatan antara pebisnis dan pasar online. Selain plaza online, Dizipoint juga menyediakan artikel-artikel bisnis bagi pengunjung.

Saya menulis artikel-artikel bisnis untuk plaza online tersebut. Silakan login di sini untuk membaca artikelnya.

New Aquarich (Coming Soon)

Copyright © New Paraqibma | Designed by Templateism.com