Minggu, 24 Februari 2013

Ketika Hidup Tidak Harus Diakhiri dengan Hitungan Trofi

Share & Comment
Sebab hidup tidak harus berakhir dengan raihan, maka Anda sah memuji orang-orang hebat yang tidak banjir trofi namun mempunyai tabungan pujian yang cukup tebal. 

Bagaimana mengukur sebuah pencapaian pada diri seseorang? Apa neraca yang tepat untuk menimbang nilai “greatness” dalam hidup kita? Apakah seseorang akan dikatakan hebat ketika trofi-trofi berdiri gagah di lemari ruang tamunya?

Michael Jordan dan James Lebron saling melempar pendapat tentang hal tersebut. Pebasket beda generasi ini seolah sedang dipertemukan dalam satu partai, baik Jordan maupun Lebron menunjukkan tajinya sebagai super stars NBA.

Mula-mulanya Jordan berkata, pencapaian adalah ketika seseorang meraih gelar juara. Berapa kali seseorang merebut trofi, maka di situlah dunia akan menaruh hormat kepadanya. Sehebat apa pun Anda, selagi miskin trofi, tidak akan bisa mengungguli mereka yang sudah mengantunginya berulangkali. Michael Jordan pun menyebut nama James Lebron. Jordan mengakui kehebatan pria satu ini, namun apa pun kehebatan Lebron tetap ada di bawah kaki Kobe Bryant yang sudah lima kali meraih gelar juara.

“If you had to pick between the two, that would be a tough choice, but five beats one every time I look at it, and not that he [LeBron James] won’t get five, he may get more than that, but five is bigger than one,” tegas Jordan kepada Yahoo Sport.

Dengan kalimatnya itu, sebenarnya Jordan sedang melempar boomerang, sebelum kemudian alat tajam itu melukai dirinya sendiri. James Lebron telah menyihir boomerang Jordan untuk mengenai muka legenda NBA itu. Ia meniup kalimat yang megusir alat tajam kiriman Jordan untuk kembali ke tuannya. 

Jika Jordan beranggapan “greatness” adalah perihal pencapaian dan trofi, maka Lebron tidak demikian. Ia mampu mendewasakan arti greatness dengan gaya yang begitu cool. Tegasnya:  

“Menurut saya, ada banyak hal untuk mengukur kehebatan seseorang. Meraih gelar juara tidaklah satu-satunya patokan untuk menilai hal itu. Jika arti pencapaia disandarkan pada trofi, berarti Bill Russel (sebelas kali jaura) lebih hebat dari Jordan. Saya tidak mengatakannya demikian. Bahkan Robert Horry (yang tujuh kali juara) juga harusnya lebih hebat dari Jordan. Tapi saya tidak berpendapat seperti itu.”

Sebagai penutupnya, ia juga mengatakan, Jud Buechler yang tiga kali juara NBA tidak akan mengungguli Charles Barkley yang tidak pernah meraih gelar juara.

Sebab hidup tidak harus diakhiri dengan banyaknya trofi, sebab itu juga Lebron mengenal arti intangible asset. Lebron menghargai betul aset-aset yang tidak terlhat dalam diri seseorang. Sementara Jordan berpendapat sebaliknya.
  
Topik pelemparan boomerang dari Jordan menuju Lebron dan kembali ke Jordan lagi ini membawa saya ke dunia Steven Gerrard dan Michael Carrick. Dalam neraca perbandingan yang setengah anekdot, saya menganggap Gerrard tidak bedanya Lebron. Keduanya bertemu pada dunia yang sama: pemain-pemain hebat kaya pujian namun minim trofi.

Menjelajah Premier League sejak tahun 1997, mengemas lebih dari 400 caps, kenyataannya Gerrard tidak pernah mengangkat gelar Liga Inggris. Malang betul nasib sang kapten, ia yang mempunyai tabungan pujian cukup tebal, ternyata tidak pernah mendapati dokumentasi foto yang menunjukkan dirinya bersorak ceria dengan torfi Liga Inggris di antara kedua tangannya.

Tebal pujian namun miskin trofi Premier Laague, demikianlah Gerrard. Sementara kawan senegaranya, Michael Carrick telah ongkang-ongkang lantaran pernah mencicipi trofi itu hingga empat kali (2006-07, 2007-08, 2008-2009, 2010-2011). Sejak bergabung dari Spurs ke Man. United tahun 2006, Carrick boleh dibilang sudah mencicipi banyak trofi. Dari Liga Champions, FA, Community Shield, hingga Liga Inggris. Carrick selangkah lebih ke depan dibanding Gerrard dalam hal trofi.

Jika saya berlagak seperti Lebron, maka saya akan bertanya, “Apakah Anda setuju untuk mengatakan Gerrard kalah hebat dibanding Carrick?” Pertanyaan seperti ini tidak bedanya, “Apakah orang-orang yang bertrofi banyak, memperoleh penghargaan berulang-ulang, memenangi perlombaan lebih dari sekali, lebih hebat daripada mereka yang biasa menuai pujian namun minim akan eksistensi (dalam hal pencapaian)?”
  
Bagaimana mengukur kehebatan seseorang? Bagaimana membuat standar penilaian untuk mengartikan sebuah “greatness”?

Dari Lebron, Gerrard, hingga Jordan, Kobe Bryant dan Carrick, kita akhirnya mengantungi dua istilah berseberangan: tangible asset dan intangible asset. Mana yang lebih berharga dalam hidup Anda, diri Anda sendiri yang tahu. Kalau pun Anda lebih memprioritaskan pilihan pertama, maka kejarlah. Toh akhirnya Van Persie melakukan anjuran ini. Ia pergi dari London ke Manchester untuk tidak hanya kenyang pujian saja, melainkan juga meraih tangible-tangible asset yang membuatnya lebih diakui dunia.

Lalu kalau pun Anda miskin trofi, apa salahnya Anda me-lingling pujian-pujian yang sudah orang layangkan kepada kita? Asal pujian-pujian itu tidak menjadikan Anda menggali lubang untuk kematian diri sendiri.

Maka Sebab hidup tidak harus berakhir dengan raihan, Anda sah-sah saja memuji orang-orang hebat yang tidak banjir trofi namun mempunyai tabungan pujian yang cukup tebal.


Yogyakarta, 24 Februari 2013
1. Pada tanggal 17 Feb. Michael Jordan ulang tahun. Ini adalah kado untuknya, sebagai sesame Aquarius dan Agen Neptunus.
2. Pandji Pragiwaksono, dengan sudut pandang berbeda juga mengurai topik Jordan dan Lebron dalam blognya www.pandji.com. 



Tags: ,

Written by

Penulis buku, tinggal di Yogyakarta. Twitter: @Naqib_Najah

  • Punya Materi Bagus Tapi Tidak Ada Waktu Menulis!

    Banyak dosen yang tidak mempunyai waktu untuk menulis, padahal, mereka punya materi yang sangat bermanfaat.

  • Saya menulis buku biografi!

    Saat ini buku sudah dilirik sebagai media dokumentasi hidup yang sangat positif. Anda butuh penulisan biografi?

  • Berapa Biaya Hidup di Jogja? (Feature Radio)

    Ini dia pertumbuhan biaya hidup di kota pelajar ini. Pengin tahu lebih lanjut?

  • Jogja Kian Macet! (Esai Foto)

    Januari 2014 lalu saya beserta tim membuat esai foto menyoroti pembangunan hotel dan tingkat kemacetan....

  • Pengin Bikin Iklan Produk dalam Bentuk Video? Murah Kok!

    Iklan dengan bentuk video ternyata terkesan beda. Banyak orang melakukan hal ini, tapi... berapa sih biayanya?

 

Paraqibma Video Project


Layaknya anak-anak seusianya, Akila sering menemukan masalah saat proses belajar. Mulai dari susah diminta mengerjakan PR, hingga kejenuhan dengan sistem belajar.

Apa yang terjadi pada Akila selanjutnya? Simak video iklan berikut: Quamon, mini project by Paraqibma.

Artikel Bisnis


Dizipoint menjadi jembatan antara pebisnis dan pasar online. Selain plaza online, Dizipoint juga menyediakan artikel-artikel bisnis bagi pengunjung.

Saya menulis artikel-artikel bisnis untuk plaza online tersebut. Silakan login di sini untuk membaca artikelnya.

New Aquarich (Coming Soon)

Copyright © New Paraqibma | Designed by Templateism.com