Rabu, 23 Januari 2013

Laut atau Sungai? Wesley Sneijder yang Tahu

Share & Comment


Di lautan lepas, ikan memang jauh lebih banyak. Namun tidak menutup kemungkinan, kita kenyang aroma ikan walau di tepi sungai saja.

Drama panjang bursa transfer Wesley Sneijder akhirnya menemukan epilognya. Bukan Liverpool, QPR, atau Manchester United, melainkan Galatasaray yang meraih happy ending setelah episode berkeringat yang dilakoni Unal Aysal selaku presiden klub.

Dari Milan ke Turki, dari Liga Italia yang sudah berdiri sejak 1898 menuju SPORTOTO Super Lig yang baru berdiri 1959. Ia sedang turun kasta. Sneijder dengan usia yang masih 28 tahun, tidak lagi mengarungi lautan luas, melainkan memilih memancing di sungai saja: Marco Materazzi selaku mantan rekannya mengulurkan ucapan sesalnya, sementara Massimo Moratti melepasnya dengan label legenda La Baneamata.

Berita transfer ini sebenarnya tidak begitu mengejutkan bagi saya. Kebetulan, saya tidak punya ikatan emosional dengan Inter Milan, atau pemain Belanda ini. Namun ketika ia mengudarakan alasan hengkangnya kepada De Telegraaf, barulah saya menemukan hal lain.

Ia pemain hebat, saya membatin. Kehebatan yang saya tangkap justru bukan dari permainan lapangannya. Melainkan, tutur jujurnya sebagaimana kalimat berikut:

“Mengapa aku tidak bergabung dengan salah satu dari lima klub top di Eropa? Karena saya tidak lagi salah satu dari lima pemain top.”

Jujur, tulus, sebuah pengakuan, begitu mungkin tag line yang tepat untuk sebentuk pengakuan Sneijder.
Wesley Sneijder: laut atau sungai?
Masa kejayaannya menemui puncaknya pada tahun 2010, ketika ia mendapat kesempatan mengangkat trofi Liga Champions. Namun di balik kejayaan itu, ia harus menerima konsekuensinya bahwa masa-masa berikutnya adalah kesuraman—bukankah sudah tabiat alamiah, setelah meraih periode pasang seseorang akan menemui masa surutnya.

Apa yang seseorang cari dari sebuah sungai? Kecuali hanya ketenangan dan arus yang lebih damai. Apa yang Sneijder cari dari Liga Turki? Kecuali kalau bukan ketenangan batin: ia kembali akan dimanusiakan oleh Fatih Terim, ia mendapat jatah bermain di skuad regular, Sneijder akan menjadi mercusuar bagi kejayaan tim.

Perlahan-lahan Sneijder ingin menutup mata. Ia seolah mengabaikan betapa medan kompetisi Liga Turki, bukanlah kompetisi Serie A yang masih diperhitungkan berjuta-juta pecinta sepak bola. Sungai dan lautan, begitulah!

Kondisi Sneijder yang turun kasta dari menjaring ikan di lautan menjadi mengulur kail pancing di arus sungai, mengingatkan saya pada sebuah pertanyaan sederhana: apa yang Anda cari dari sebuah lahan sempit setelah sebelumnya terbiasa dengan medan yang besar?

Sahabat saya pernah bekerja di perusahaan elektronik terkemuka di Batam. Sebagai seorang enginer lulusan PTN ternama di Jogja, dibalut dedikasi tinggi, ia memperoleh posisi yang lumayan. Perusahaan tersebut, ibarat laut, ia berpotensi menjaring ikan sebanyak-banyaknya, ia berpotensi pulang menjadi ‘nelayan handal’ yang diagung-agungkan anggota keluarga. Kenyataannya ia memang pulang. Namun dengan tujuan lepas dari perusahaan tersebut, ia ingin menjadi penulis. Penulis saja!!!

Saya heran, sangat heran. Sama herannya ketika saya mendapati cerita atasan saya. Ia bekerja di perusahaan IT di Jakarta. Dua tahun di perusahaan tersebut, atasan saya memperoleh posisi yang patut dibanggakan. Namun ia membuat pilihan hidup yang berbeda: ia resign, dan mendirikan perusahaan IT pribadi dengan skala tidak semasif perusahaan yang pernah dinaunginya.

Apa yang Anda rasakan ketika memilih memancing di sungai saja dan mengabaikan luasnya lautan? Saya yakin, laut lebih membuat seseorang menuai penghargaan, laut lebih memungkinkan Anda pulang dengan puluhan jenis ikan. Lalu keluarga menyambut kedatangan Anda dengan kecupan sambil setengah merangkul, mereka bangga,—lagu nenek moyangku seorang pelaut setidaknya telah mengesahkan hipotesis tersebut.

Bernaung di laut bertajuk Serie A, Premier League atau La Liga, adalah kesempatan Anda untuk memanen pujian dari banyak orang. Lalu apa yang Sneijder cari dari sungai bernama SPORTOTO Super Lig?

Di lautan lepas, ikan memang jauh lebih banyak. Namun tidak menutup kemungkinan, kita justru menikmati aroma ikan walau di tepi sungai saja.

Sahabat saya perlahan-lahan menyadarkan, betapa hidup dengan ketenangan, memanusiakan diri sendiri, justru lebih berharga ketimbang tabungan pujian dari mulut-mulut orang. Sahabat saya, Sneijder, mungkin tidak lagi menuai pujian sedahsyat yang dulu ia lakukan. Namun sahabat saya, Sneijder, dan mungkin juga Anda, sedang tidak ingin berada di gemerlap pujian lautan, mereka hanya ingin menemukan kenikmatan di balik santapan ikan di tepi sungai. Sebab akan menjadi percuma, pulang melaut dengan banyak ikan namun Anda tidak menikmatinya.

Laut atau sungai? Setidaknya keduanya menemui muara yang sama.
Yogyakarta, 23 Januari 2013

With Gee, SNSD Song!!!

Twitter: @naqib_najah
FB: Naqib Najah
Kompasiana: http://www.kompasiana.com/naqibnajah

Tags:

Written by

Penulis buku, tinggal di Yogyakarta. Twitter: @Naqib_Najah

  • Punya Materi Bagus Tapi Tidak Ada Waktu Menulis!

    Banyak dosen yang tidak mempunyai waktu untuk menulis, padahal, mereka punya materi yang sangat bermanfaat.

  • Saya menulis buku biografi!

    Saat ini buku sudah dilirik sebagai media dokumentasi hidup yang sangat positif. Anda butuh penulisan biografi?

  • Berapa Biaya Hidup di Jogja? (Feature Radio)

    Ini dia pertumbuhan biaya hidup di kota pelajar ini. Pengin tahu lebih lanjut?

  • Jogja Kian Macet! (Esai Foto)

    Januari 2014 lalu saya beserta tim membuat esai foto menyoroti pembangunan hotel dan tingkat kemacetan....

  • Pengin Bikin Iklan Produk dalam Bentuk Video? Murah Kok!

    Iklan dengan bentuk video ternyata terkesan beda. Banyak orang melakukan hal ini, tapi... berapa sih biayanya?

 

Paraqibma Video Project


Layaknya anak-anak seusianya, Akila sering menemukan masalah saat proses belajar. Mulai dari susah diminta mengerjakan PR, hingga kejenuhan dengan sistem belajar.

Apa yang terjadi pada Akila selanjutnya? Simak video iklan berikut: Quamon, mini project by Paraqibma.

Artikel Bisnis


Dizipoint menjadi jembatan antara pebisnis dan pasar online. Selain plaza online, Dizipoint juga menyediakan artikel-artikel bisnis bagi pengunjung.

Saya menulis artikel-artikel bisnis untuk plaza online tersebut. Silakan login di sini untuk membaca artikelnya.

New Aquarich (Coming Soon)

Copyright © New Paraqibma | Designed by Templateism.com