Kamis, 10 Januari 2013

Ketika Jenderal Memutuskan Absen dari Peperangan

Share & Comment
Antara iya dan tidak, Anda akan terjurumus sebagai manusia paling tidak beruntung sedunia.

 “Jenderal, jika ingin mengundurkan diri dari peperangan, buat apa tetap memikirkan medan perang?” demikian bunyi kalimat saya. Kalimat tersebut, akhirnya saya tulis di dinding Facebook, timeline Twitter, juga update status Yahoo Messenger. Sambil menulisnya, saya mengingat adegan slow motion detik-detik akhir Street Dance II. Ketika Ash (Falk Hentschel) menjauhkan diri dari kelompok dance yang sudah dibentuknya, merenungi nasib dengan sesekali melakukan gerakan dance untuk melebur rasa gelisahnya.

Sesungguhnya Ash pada saat itu sedang diambang keputusan: antara maju ke medan kompetisi bertajuk battle dance—ia memimpikan tampil di perlombaan seperti ini sudah cukup lama. Saat ia masih berbaju penjual pop corn, melihat para penari mendapat tepuk tangan dari penonton, seolah mereka adalah pusat segala keindahan berbalut kebanggan—atau mundur dalam arti tidak mengikuti kompetisi tersebut.

Adegan slow motion yang menampilkan Ash dalam satu scene dan Eva (Sofia Boutella) dalam scene berbeda membuat saya benar-benar tahu isi batin masing-masing. Tarian kegelisahan: Ash bertutur masalah yang dihadapinya lewat gerak dance, seolah sedang berdzikir maju atau tidak… maju atau tidak. Sementara Eva di tempat berbeda terus merangsang Ash untuk menemukan jawabannya.


Jika ingin mengundurkan diri dari peperangan, buat apa tetap memikirkan medan perang? Jika memang Ash tidak menghendaki tampil di kompetisi yang sudah diidam-idamkannya sejak lama, semestinya ia tidak perlu memikirkan suasana panggung atau bagaimana perasaan rekan setim yang sudah ia kumpulkan dari berbagai negara. Setidaknya memastikan diri untuk masuk dalam satu keputusan membuat seseorang berada dalam fokus hidup yang jelas. Tidak mengambang, lalu hilang orientasi ke mana hidup harus dijalani.

Ketika hidup adalah pilihan, ketika itulah hidup serasa sebuah peng-adilan. Justru dengan adanya pilihan tersebut (antara maju ke kompetisi atau mundur dan mengabaikan mimpiya sebagai penari profesional) Ash serasa menjadi peserta sidang. Ia dihadapkan dengan para pengadil, dengan topik sidang sebuah pilihan, jika mental tidak kuat menghadapi situasi seperti ini, maka mau bagaimana lagi: dilema menjadi solusi terakhir atas ‘persidangan’ tersebut. Ash merasakannya.

Jenderal, jika tidak ingin pergi menjalani peperangan, maka sudahlah, pulang dan abaikan medan atau kilau pedang lawan. Maka semestiya saya tidak mengundang detak-detak dilematis sebagaimana yang Ash lakukan.

Dia memang orang istimewa. Sangat istimewa. Sehingga saya menyebutnya sebagai Perempuan Matahari, saking istimewanya. Ia memiliki koleksi perjalanan dan pemikiran hidup yang dirangkum dalam ‘jurnal-jurnal kecil’. Koleksi seperti ini, yang tentu akan membawa keluarga saya pada taraf hidup yang lebih baik. Nantinya, ‘jurnal-jurnal kecil’ itu akan menjadi ‘bacaan’ yang baik untuk anak-anak saya.

Oleh karena berbagai penilaian di atas, saya dipaksa jedag-jedug oleh persidangan yang dihadiri diri saya, otak saya, hati saya, dan pendapat-pendapat orang lain yang justru sebagai hakimnya.

Saya pun menari sebagaimana yang Ash lakukan. Tarian jiwa dengan dzikir Perempuan Matahari. Perempuan yang membuat saya terkunci dalam perasaan sebentuk abstraksi. Oleh karena abstraksi inilah, saya ingin maju kali kedua. Saya tidak akan mengharapkan keberuntungan dalam hal penerimaan atau penolakan, namun saya lebih menyayangi masa depan saya. Bila mana saya maju selangkah lagi, saya yakin abstraksi itu akan lebur dengan sendirinya. Entah menjadi cerita yang happy ending atau sebaliknya. Setidaknya hidup tanpa sebuah abstraksi adalah kebahagiaan yang sempurna.

Saya sering membayangkan hidup dengan kejelasaan sebuah perasaan. Saya tidak perlu berbayang-bayang, atau menebak apa yang sedang ada dalam isi hati. Aktivitas menebak-nebak seperti ini yang saya benci. Hidup ini bukan sebuah tebakan, kalau pun harus bermain tebakan marilah menggunakan konsep analisa, begitu dalih saya.

Sidang peng-adilan yang diikuti komponen diri saya dengan hakim pendapat orang lain masih berjalan. Saya menyimak saja. Hingga kemudian saya memutuskan, menjadi jenderal yang mundur dari sebuah peperangan. Sebab selain saya tahu pentingnya maju selangkah dalam peperangan kali ini, saya pun sangat sadar, mana peperangan yang harus diikuti.

Ada kemenangan yang sudah diraih dan dapat dinikmati sesuka mungkin. Namun jika pun saya menang dalam peperangan kali ini, saya tidak akan memperoleh kebahagiaan sebagaimana yang saya bayangkan. Sebab saya tahu, dia ‘Matahari’ yang dikelilingi beberapa planet menarik, ia pun meghendaki salah satunya.  

Ketika jenderal memutuskan absen dari peperangan, sesungguhnya ia akan berada pada peperangan berikutnya. Saya berkata "siap" untuk medan-medan selanjutnya.
Yogyakarta, 10 Januari 2013

Tags:

Written by

Penulis buku, tinggal di Yogyakarta. Twitter: @Naqib_Najah

  • Punya Materi Bagus Tapi Tidak Ada Waktu Menulis!

    Banyak dosen yang tidak mempunyai waktu untuk menulis, padahal, mereka punya materi yang sangat bermanfaat.

  • Saya menulis buku biografi!

    Saat ini buku sudah dilirik sebagai media dokumentasi hidup yang sangat positif. Anda butuh penulisan biografi?

  • Berapa Biaya Hidup di Jogja? (Feature Radio)

    Ini dia pertumbuhan biaya hidup di kota pelajar ini. Pengin tahu lebih lanjut?

  • Jogja Kian Macet! (Esai Foto)

    Januari 2014 lalu saya beserta tim membuat esai foto menyoroti pembangunan hotel dan tingkat kemacetan....

  • Pengin Bikin Iklan Produk dalam Bentuk Video? Murah Kok!

    Iklan dengan bentuk video ternyata terkesan beda. Banyak orang melakukan hal ini, tapi... berapa sih biayanya?

 

Paraqibma Video Project


Layaknya anak-anak seusianya, Akila sering menemukan masalah saat proses belajar. Mulai dari susah diminta mengerjakan PR, hingga kejenuhan dengan sistem belajar.

Apa yang terjadi pada Akila selanjutnya? Simak video iklan berikut: Quamon, mini project by Paraqibma.

Artikel Bisnis


Dizipoint menjadi jembatan antara pebisnis dan pasar online. Selain plaza online, Dizipoint juga menyediakan artikel-artikel bisnis bagi pengunjung.

Saya menulis artikel-artikel bisnis untuk plaza online tersebut. Silakan login di sini untuk membaca artikelnya.

New Aquarich (Coming Soon)

Copyright © New Paraqibma | Designed by Templateism.com