Ketika parfum telah berubah fungsi menjadi tukang
cerita, maka bersiaplah mengenang segala yang manis dari setiap wewangian yang
Anda cium.
Abu Ahmed,
pemilik toko Stay Stylish, begitu cerdik memasukkan sebuah cerita ke dalam
botol parfum. Di antara sekian produksi parfum yang ia hasilkan, mungkin M75
adalah salah satu merek parfum yang akan dinobatkan sebagai legenda. Warga
Palestina memburunya setiap saat. Parfum ini seolah menjadi penghibur akhir
tahun yang sempurna.
Jika Anda ingin
belajar bagaimana menghibur orang lewat sebuah parfum, maka berguru kepada Abu
Ahmed adalah saran yang sangat tepat.
Awalnya M75
merupakan nama sebuah roket yang ditembakkan tentara Hamas ke wilayah Israel di
November 2012 kemarin. Roket yang handal, ia meluncur ke wilayah Israel dan
menewaskan enam tentara. Hanya enam, tidak sebanding dengan 174 korban
meninggal dari Palestina. Namun sekecil apa pun itu, berhasil menumpahkan darah
Israel adalah kebanggan luar biasa.
Di penghujung
tahun 2012, Abu Ahmed menaruh M75 sebagai nama parfumnya. Lewat langkah cerdasnya, ia kini membuat seluruh warga Palestina seolah
mendengar cerita-cerita kemenangan di balik wewangian M75. Parfum tidak
lagi berfungsi sebagai wewangian saja, namun juga tukang cerita, jembatan
antara manusia dan cerita di balik moment-moment spesialnya.
|
Parfum M75 |
Seminggu terakhir, saya aktif menarik napas dalam-dalam
sepanjang pulang kerja. Ketika naik ke lantai dua kost saya, seketika itulah dada
saya akan kembang kempis. Wewangian yang dicampur aroma genting basah ini
mengaduk-aduk memori indera penciuman saya. Sepertinya
sudah pernah saya kenal, saya membatin.
Wewangian itu perlahan-lahan menyandera sebagian waktu saya. Saya disandera! Dipaksa mendatangi tetangga kost sambil menanyakan, “Kamar
masnya pakek parfum apa ya?”
Bau mirip campuran aroma buah dan rempah-rempah mengajak
saya untuk terus mengingat, tentang hari, sebuah episode, dan bayangan
seseorang. Saya diam sejenak, namun ternyata wewangian itu cukup pandai menyampaikan
sebuah cerita. Ingatan tentang hari, sebuah episode, dan bayangan seseorang
akhirnya merajut menjadi sebuah dejavu, “Oh ya, Januari 2012,” saya mulai
mengingatnya.
Dengan rebahan di atas kasur, saya mendengar cerita dejavu
yang disampaikan wewangian itu.
Januari 2012, sebuah perjalanan awal. Ya, AWAL: awal untuk
memulai targtet-target baru, menaruh harapan baru, dan tentunya, awal untuk
menjalin sebuah hubungan. Hujan Desember ternyata membawa saya tidak hanya
basah secara badan saja, melainkan secara kejiwaan juga. Desember yang hujan,
Desember yang mempertemukan saya dengan seseorang, lalu mengawali hubungannya
di bulan Januari.
Desember memang mempunyai tabiat pertemuan. Desember,
Sagitarius, Pemanah, mempertemukan hujan dengan tanah, menjawab kerinduan hulu
untuk mengalirkan air sungai ke muara, dan yang pasti, mempertemukan saya dengan
“Perempuan Matahari”.
Desember, pemanah, memanah saya hingga jleb tersungkur di wilayah “Perempuan Matahari”. Maka terjadilah
Januari 2012 sebagai awal sebuah hubungan.
Jika kolaborasi Desember dan Januari melahirkan aroma-aroma
hujan membentur tanah, maka bukan aroma hujan ini yang membuat saya
berdesir-desir ketika menciumi wewangian di sekitar kamar kost saya. Melainkan,
wewangian parfum Perempuan Matahari.
Ia adalah jawaban ketika saya telah lama menunggu lahirnya
sebuah hubungan. Ia, Perempuan Matahari, membuat saya mengenal abstraksi
pertemuan rasa cinta seorang laki-laki dengan perempuan. Di tengah abstraksi
perasaan itu, wangi-wangi yang saya cium dari parfumnya—saya kurang tahu merek
parfumnya—menjadi souvenir yang luar biasa. Setiap kali saya bertemu dengannya,
saya tidak membungkus cerita cerita manis tentang kejelasan perasaan dia
terhadap saya, namun wangi itu cukup menjadi souvenir yang luar biasa. Dia,
wangi itu, atau hal yang saya sebut souvenir, menjadi teman di tengah abstraksi
peresaan itu.
Wangi yang luar biasa.
Sambil mendegar cerita dejavu yang disampian wewangian
sekitar kamar kost saya, saya mengambil kertas kado bercorak batik berwarna
hijau. Ada satu benda yang sangat momerable
di dalamnya: sebotol minyak pijat dengan aroma herbal bermerek Herborist. Hanya
sebotol minyak herbal, sederhana kan, namun tidak sesederhana aroma yang di
kandungnya. Saya kerap menciuminya, selagi saya rindu kisah-kisah tentang
Perempuan Matahari. Sebab tidak lain, botol tersebut saya peroleh darinya.
Jika dulu saya mendapati aroma segar ala parfum perempuan
dari wewangian yang ditebarkan Perempuan Matahari, kini wewangian itu telah
bercampur amisnya rasa rindu. Saya menciuminya sambil melihat kucuran darah. Tapi
tidak setiap darah berarti luka. Anda, begitu pun saya, mengenal darah yang
berarti kesungguhan, keberanian, dan sekali lagi, bukan luka.
Perempuan Matahari dan periode Januari awal tahun lalu menambahkan
fungsi baru dari setiap pewangian. Mereka kini adalah tukang cerita yang
handal. Meletakkan beberapa memori seseorang di setiap aroma yang ditebarkan.
Barangkali saya di minggu awal tahun ini menjadi Jean-Baptiste
Grenouille. Pemuda miskin dalam film Perancis berjudul Parfume. Dia yang
bekerja di penyamakan kulit, terpaksa harus disandera rasa penasaran yang luar
biasa ketika mencium parfum di tengah perjalanannya ke kota. Saya memang
Grenoulle, saya sibuk menggali memori di balik tebaran wewangian dari sekitar
kamar kost saya. Kenangan yang tentunya mengarah kepada satu perempuan saja.
Jika M75 memperdengarkan cerita-cerita kemenangan warga
Palestina, dan saya mendengar cerita Perempuan Matahari dari wewangian sekitar
kamar kost saya, lalu apa cerita dari parfum Anda? Namun apa pun ceritanya,
terima kasih saya untuk Anda yang menebar parfum hari ini. Anda, begitu pun Perempuan
Matahari, telah menebar banyak cerita yang luar biasa.
Yogyakarta, Minggu 6
Januari 2013