Minggu, 21 Oktober 2012

Anda, Begitu pun Tuhan, Berjabat Tangan di Tengah Rasa Hilang

Share & Comment
(Ditulis setelah menemukan celetuk Tuhan di tengah karya Terrence Malick)

The Tree of Life

Aneh, rasa kehilangan justru menarik daya yang kuat untuk mempersatukan manusia dengan Tuhan-Nya.

Kita mudah mempertanyakan sesuatu di saat apa yang sebelumnya menjadi hak milik tiba-tiba hilang dari peredaran. Batas antara pertanyaan atau protes, Anda akan melakukan hal itu.

Jack O'Brien awalnya hanya melihat pohon besar di dekat kantor ia bekerja. Pohon beserta rantig-rantingnya itu akhirnya mengantarkan dia pada masa kecil di mana ia kehilangan banyak hal. Ia adalah bocah yang mula-mula kehilangan sikap antusiasnya terhadap seorang ayah yang otoriter. Kemudian dilanjutkan dengan kehilangan kasih sayang ayahnya yang dipandangnya terlalu arogan. Dan terakhir, ia kehilangan adik kandungnya. Episode matinya seorang adik yang tidak dijelaskan sebab-musababnya begitu jelas. Namun Jack O’Brien tahu betul bentuk perasaannya di saat itu.

Terrence Malick
Saya menyukai The Tree of Life, saya jatuh cinta dengan plot film dan simbol-simbol grafis yang dibangun oleh Terrence Malick, sutradara yang dikenal kaya akan karya-karya dengan muatan spiritual tinggi.

Namun ini bukan review sebuah film. Saya tidak ingin membedah film tersebut atau kemudian menceritakan ulang satu-persatu peristiwa yang terbangun. Namun tiga tahap kehilangan yang dirasakan Jack O’Brien, membawa saya pada tiga pintu berbeda. Di mana Jack yang kehilangan rasa respek terhadap ayahnya, jauh lebih sakit ketimbang ia kehilangan adiknya. Bahwa Jack yang terlahir sebagai pemikir berat—bahkan sejak masih belia, adalah satu di antara sekian juta orang yang menemukan Tuhan-Nya justru di saat ia berada dalam episode hidup berjudul “kehilangan”. Dan yang terakhir, ketika manusia mempertanyakaan maka sebenarnya di saat itulah ia merasakannya.

Sakit yang ada di mata, bisa kita obati cukup dengan berangkat ke Apotek dan membeli Insto atau merk lainnya. Namun ketidak terimaan yang kita rasakan di dalam hati, jauh akan membuat kita berulangkali menjalani terapi.

Jack boleh saja terima ketika adik kandungnya meninggal. Memori dari indera penglihatannya perihal kenangan-kenangan masa kecil bersama adiknya, tentu bisa diobati hanya dengan berlalunya waktu. Namun mengenai rasa sakit akibat arogansi sang ayah dan segala bentuk otoriternya akan membentuk dendam-denam kecil yang terus terpelihara.

Jack dengan tumpukan dendam kemudian rajin mempertanyakan “Dimanakah Engkau? Apakah Engkau tahu?” yang ia layangkan kepada Tuhannya di saat ia merasakan tiga titik kehilangan tersebut (kehilangan kasih sayang, kehilangan respek terhadap ayahnya, dan kehilangan adik kandungnya).

Anda kehilangan, maka di situlah Anda siap berjabat tangan dengan Tuhan. Mengenai apakah Anda berjabat tangan dalam kapasitas untuk menyetujui setiap episode Tuhan dengan menerima segala yang Anda rasakan pahit itu, atau sebaliknya, Anda berjabat tangan dan mengatakan, “Cukup!!! Kita tidak usah berkenalan lagi.” sebagai tanda putus kontrak dengan segala takdir sang pencipta.

Namun bentuk kehilangan dan proses berjabat tangan dengan Tuhan yang dialami Jack O’Brien, setidaknya tertuang juga dalam episode hidup saya beberapa bulan yang lalu. Masa di mana saya mengutuk setiap perputaran kalender sebagai pencapaian terburuk sepanjang hidup.

Koridor antara November 2011 hingga Agustus 2012 memang cukup mengecewakan. Saya kehilangan rasa respek atas diri saya sendiri. Begitu pun, saya kehilangan antusiasme atas harapan-harapan yang pernah saya ajukan. Segala harapan tersebut, seolah tenggelam perlahan-lahan dan saya sulit merabanya lagi.

Saya memang tidak kehilangan siapa pun. Saya tidak kehilangan hal-hal secara kasat mata. Motor masih ada, perabotan kost masih utuh, dan keluarga saya sehat semuanya. Saya tidak kehilangan apa pun secara fisik. Sebagaimana Jack yang tidak kehilangan Ibu, Ayah, atau rumahnya. Ia hanya kehilagan adiknya dan elemen-elemen kecil di dalam hatinya: respek, antuasiasme, dan semangat hidup. Namun justru bentuk kehilangan yang metafisik ini semakin membuat Jack (begitu pun saya) mudah mengajukan pertanyaan kepada Tuhan.

Kita akan menjalani pagi dengan setengah suntuk lalu bertanya, “Tuhan, di mana Engkau? Berkunjunglah sebentar dan tengoklah nasibku.” Kalimat klise, dan Anda menemuinya di rute-rute hidup dengan tebaran brosur berisi satu teks saja: KEHILANGAN.

Jarak antara bertanya dan protes memang sepersekian centi. Anda bertanya, boleh jadi itu adalah bentuk protes Anda. Namun Terrence Malick lewat filmnya satu ini mengajarkan, bahwa satu pertanyaan berarti menandakan Anda merasakan, mengetahui, dan mengenali objek yang Anda pertanyakan tersebut.

Apabila Anda mempertanyakan Tuhan, maka sebenarnya Anda pun merasakan, mengetahui, dan mengenali-Nya.

Anda, begitu pun Tuhan, berjabat tangan di episode abu-abu bertajuk “Kehilangan!”.

Yogyakarta, 21 Oktober 2012
Tamasya religi ala Terrence Malick

Tags:

Written by

Penulis buku, tinggal di Yogyakarta. Twitter: @Naqib_Najah

  • Punya Materi Bagus Tapi Tidak Ada Waktu Menulis!

    Banyak dosen yang tidak mempunyai waktu untuk menulis, padahal, mereka punya materi yang sangat bermanfaat.

  • Saya menulis buku biografi!

    Saat ini buku sudah dilirik sebagai media dokumentasi hidup yang sangat positif. Anda butuh penulisan biografi?

  • Berapa Biaya Hidup di Jogja? (Feature Radio)

    Ini dia pertumbuhan biaya hidup di kota pelajar ini. Pengin tahu lebih lanjut?

  • Jogja Kian Macet! (Esai Foto)

    Januari 2014 lalu saya beserta tim membuat esai foto menyoroti pembangunan hotel dan tingkat kemacetan....

  • Pengin Bikin Iklan Produk dalam Bentuk Video? Murah Kok!

    Iklan dengan bentuk video ternyata terkesan beda. Banyak orang melakukan hal ini, tapi... berapa sih biayanya?

 

Paraqibma Video Project


Layaknya anak-anak seusianya, Akila sering menemukan masalah saat proses belajar. Mulai dari susah diminta mengerjakan PR, hingga kejenuhan dengan sistem belajar.

Apa yang terjadi pada Akila selanjutnya? Simak video iklan berikut: Quamon, mini project by Paraqibma.

Artikel Bisnis


Dizipoint menjadi jembatan antara pebisnis dan pasar online. Selain plaza online, Dizipoint juga menyediakan artikel-artikel bisnis bagi pengunjung.

Saya menulis artikel-artikel bisnis untuk plaza online tersebut. Silakan login di sini untuk membaca artikelnya.

New Aquarich (Coming Soon)

Copyright © New Paraqibma | Designed by Templateism.com