Senin, 29 Oktober 2012

Scott Redding dan Perlawanan Terhadap “Dukun”

Share & Comment

Setelah keringat-keringat itu memasak cerita-cerita sukses, selebihnya akan ada mulut-mulut yang berbicara mengenai alasan yang—kadang—sangat masuk akal.


Pasca MotoGP San Marino, Minggu 16 September silam, Scott Redding tiba-tiba berkeluh kepada media. Bukan komentar motor atau buruknya cuaca Italia yang membuatnya bersuara. Tanpa diduga, Scott justru mengutuk dirinya sendiri, menistakan tinggi badan dan berat tubuhnya yang menghalanginya tampil maksimal sepanjang gelaran Moto2. Scott, apabila harus mengajukan permohonan di saat itu, dengan setengah sesal ia akan berdoa supaya tidak memiliki tubuh dan berat badan yang terlalu besar.

Mempunyai tinggi 184 cm memang ukuran ideal bagi seorang atlet. Namun bukan untuk rider Moto2. Terlebih ketika Scott berberat badan mencapai 74 kg. Maka ia akan menemui kendala pada kecepatan laju motor. Walau sebenarnya dengan posisi tersebut, Scott lebih bisa mengendalikan tunggangannya di saat memasuki tikungan. Namun balapan tidak sekadar perihal tikungan, buktinya ia sering diasapi kompetitornya justru ketika balapan memasuki track lurus. 
Scott Redding

Ini adalah cerita tentang kisah sukses dan penerimaan sebuah alasan. Di antara meluapnya banyak pujian, selebihnya Anda akan menemukan alasan-alasan kecil yang muncul sebab luapan sebuah kegagalan.

Scott datang dari negeri kedua berbentuk kegagalan. Segala keluh yang ia lontarkan mengenai berat badannya, tentu ia tujukan sebagai alasan di balik kegagalannya di Moto2. Begitulah, Scott sah mengutuk berat badannya, namun tidak demikian dengan Anda yang diharamkan mencela dirinya—perihal keluhannya tersebut.

Kesuksesan adalah sebuah kesempurnaan. Makhluk bernama “sukses” ini lahir di antara persetubuhan kristal-kristal mulia kecil yang akhirnya mengelompok hingga bergaunglah “makhluk sukses” tersebut.

Scott Redding menyadari betul hal itu. Melalui pernyataannya, "Saya menjadi lebih frustrasi. Permasalahan bukan lagi siapa yang terbaik di Moto2, karena ternyata ukuran tubuh lebih menentukan kesuksesan daripada talenta pembalap itu sendiri." Scott sebenarnya tengah mengajarkan arti kesempurnaan di balik cerita sukses seseorang.

Bahwa sukses adalah makhluk paling perfeksionis sejagat raya. Ia ibarat dukun yang memberi syarat berupa hal-hal kecil yang kadang di laur dugaan Anda. Hal-hal kecil yang apabila tidak dilakukan, maka gagal sudah orang itu untuk meraih zona tersebut.  

Hal-hal kecil yang tidak bisa dipenuhi Scott Redding untuk menuju zona itu tidak lain adalah berat badan. Ia kecewa!!! Menganggap permintaan makhluk bernama sukses itu tidak realistis. Namun kembali, sukses adalah sebuah kesempurnaan. Sempurna dalam segala hal, sekali pun berbentuk hal-hal kecil yang kadang Anda remehkan dan tidak masuk akal.

Kisah sukses dan tuntutan sebuah kesempurnaan, sering juga saya bicarakan bersama seorang teman. Barangkali kami adalah dua makhluk yang sama-sama datang dari negeri kedua, negeri bernama kegagalan.

Kami datang Setelah keringat-keringat itu memasak cerita-cerita sukses, lalu mulut kami berbicara mengenai alasan yang—kadang—sangat masuk akal.

Kami berbicara tentang start hidup. Bagaimana kompetitor (barangkali di antara pesaing-pesaing kami adalah Anda pembaca blog ini) mampu memulai hidup dari posisi 2,3 atau bahkan pole position. Sementara saya dan teman saya yang ikut berkompetisi dalam hidup ini, harus jatuh bangun dari angka ketujuh.

Ini adalah sebuah kenyataan. Hidup memang mengenal klasifikasi. Tidak setiap kelahiran bisa ditandai sebagai “Selamat datang di dunia. Dengan kelahiran ini berarti kita sama-sama berada di pole position untuk berlomba di dalam dunia ini.

Kenapa Anda bisa memulai dari pole position, nomor dua, tiga sementara kami mengatakan sebagai rider dengan start nomor tujuh, delapan atau angka-angka buruk lainnya?

Kalau Anda hidup di tengah lingkungan yang berpendidikan (ayah seorang guru, ibu lulusan S1 ilmu komunikasi, Mbak baru saja ujian skripsi sekalipun dengan keadaan ekonomis sederhana), atau kalau Anda mempunyai lingkungan jutawan (ayah seorang wirausahawan, toko material bertebaran di setiap kecamatan (walau pun iklim pendidikannya kurang), dan atau serta jika-jika lainnya, maka secara otomatis Anda sedang ditaruh Tuhan untuk memasuki arena balap dengan posisi start yang positif. Setidaknya ada modal berbentuk mental sebab proses kelahiran Anda di tengah lingkungan-lingkungan tersebut, yang mungkin tidak dimiliki competitor lain.

Itu hal remeh. Sangat remeh. Mempermasalahkan start awal kehidupan, mempermasalah bla bla bla lainnya. Samahlnya Scott Redding yang terpaksa mengungkit berat dan tinggi badannya. Namun kembali, sukses adalah makhluk paling perfeksionis yang pernah kita kenal. Ia dukun, peminta syarat-syarat kecil yang mau tidak mau harus dipenuhi.

Lalu bagaimana nasib Scott Redding setelah menemukan kutukan atas dirinya sendiri? Cerita akan kita akhiri dengan manis. Scott Redding yang berputus asa, akhirnya menerima syarat si makhluk bernama sukses itu. Faktanya, syarat yang diajukan makhluk bernama sukses memang tidak satu ragam saja. Oleh karenanya, ketika ia gagal memenuhi syarat di bagian berat dan tinggi badan, maka ia berjanji akan memenuhi syarat-syarat lainnya.

Scott akan meraih kesempurnaan dengan menempa siis lain di luar berat dan tinggi badan tersebut. Sehingga ia diloloskan oleh dukun bernama sukses untuk memasuki zonanya.

Scott, begitu pun saya, Anda dan sahabat terdekat yang berbicara mengenai alasan yang—kadang—sangat masuk akal, tetap akan memasak keringat-keringat itu untuk mencapai titik kesempurnaan. Sehingga lahirlah cerita-cerita sukses yang ternyata sudah dipesan sebagai cerita menarik untuk dibaca banyak orang.
Yogyakarta, 29 Oktober 2012
Scott Redding dianggap sebagai pembalap muda penuh talenta, tiga kali naik podium sepanjang Moto2 seri Philip Island 2012. Namun ia bernasib berbeda seperti Andrea Iannone atau Marc Marquez yang akan nak level ke MotoGP musim mendatang.
Tags:

Written by

Penulis buku, tinggal di Yogyakarta. Twitter: @Naqib_Najah

  • Punya Materi Bagus Tapi Tidak Ada Waktu Menulis!

    Banyak dosen yang tidak mempunyai waktu untuk menulis, padahal, mereka punya materi yang sangat bermanfaat.

  • Saya menulis buku biografi!

    Saat ini buku sudah dilirik sebagai media dokumentasi hidup yang sangat positif. Anda butuh penulisan biografi?

  • Berapa Biaya Hidup di Jogja? (Feature Radio)

    Ini dia pertumbuhan biaya hidup di kota pelajar ini. Pengin tahu lebih lanjut?

  • Jogja Kian Macet! (Esai Foto)

    Januari 2014 lalu saya beserta tim membuat esai foto menyoroti pembangunan hotel dan tingkat kemacetan....

  • Pengin Bikin Iklan Produk dalam Bentuk Video? Murah Kok!

    Iklan dengan bentuk video ternyata terkesan beda. Banyak orang melakukan hal ini, tapi... berapa sih biayanya?

 

Paraqibma Video Project


Layaknya anak-anak seusianya, Akila sering menemukan masalah saat proses belajar. Mulai dari susah diminta mengerjakan PR, hingga kejenuhan dengan sistem belajar.

Apa yang terjadi pada Akila selanjutnya? Simak video iklan berikut: Quamon, mini project by Paraqibma.

Artikel Bisnis


Dizipoint menjadi jembatan antara pebisnis dan pasar online. Selain plaza online, Dizipoint juga menyediakan artikel-artikel bisnis bagi pengunjung.

Saya menulis artikel-artikel bisnis untuk plaza online tersebut. Silakan login di sini untuk membaca artikelnya.

New Aquarich (Coming Soon)

Copyright © New Paraqibma | Designed by Templateism.com