Kamis, 11 April 2013

Satu Persatu Jalan Mulai Terbuka, Ucapnya

Share & Comment
Hari ini adalah ulang tahun anak keduanya. Ulang tahun kedelapan, ia memutuskan tidak merayakannya di KFC, Pizza Hut, atau tempat makan lainnya. 

Saya membaca raut muka yang sendu. Sudah nasib saya untuk mencoba memahami isi hati seseorang lewat bahasa wajah: bagaimana ia mengulum bibir, bagaimana ia menatap karyawan, bagaimana ia beraksen saat berbicara.

Bapak satu ini memang tampak kurang ceria bulan ini. Dari awal Maret hingga 10 April, saya tidak mendengar gurauan candanya, pun, saya tidak melihat aksi konyolnya saat bercengkerama dengan ketiga anaknya.

Saya sedikit tahu penyebabnya. Pertama mungkin karena banyaknya impian yang harus ia raih—sebenarnya, impian adalah hal yang sangat menyegarkan hari-hari seseorang. Itu sudah menjadi tabiat alamiah. Namun seiring berjalannya waktu, impian menjadi parasit, kanebo, penyerap energi setiap hari. Bapak ini sedang terhisap impiannya sendiri. Semakin hari semakin tenggelam ke dalam harapannya, kebahagiaannya pun terenggut.
Di hari ulang tahun anak keduanya, di hadapan kue ulang tahun dan nyanyian happy birthday to you, pikiran saya justru tertarik pada episode beberapa bulan lalu. Ketika saya disodori sebuah buku—ini buku yang menandai debutnya di dunia penerbitan. Buku komputer, diterbitkan Elexmedia Komputindo, kisaran tahun 2005.
Sambil menyodorkan buku itu, ia bertutur tentang awal perjalan rumah tangganya. Ia yang pemimpi, membawa impian-impiannya di tengah nahkoda rumah tangganya. Benih-benih impian yang doanya, mampu berkembang seiring bertambahnya anggota keluarga, seiring tumbuhnya usia anak-anaknya. Ia merintis karirnya di dunia penulisan di periode awal menjalani masa berumahtangga, pasca resign dari perusahan software development yang beroperasi di Jakarta.     
Setelah membuka halaman pertama buku itu, terbaca sebuah teks persembahan. Ia menulis nama adik-adiknya—hebat, ia juga menuliskan nama istri dari adiknya. Jarang-jarang seseorang mengingat dan memberi lembar spesial untuk saudara ipar, pikir saya. Namun bukan kalimat persembahan itu yang membuat saya tercengang, melainkan sebaris ucapan untuk istri tercinta, dengan teks lengkap: “Satu persatu jalan mulai terbuka.”
Visualisasi di kepala saya mulai terbangun. Ia berada di samping istrinya, menenangkan batinnya yang sedang gelisah; nahkoda rumah tangga, sekali pun tenang antar personil, tetap butuh kekuatan (bahan bakar barangkali) untuk tetap menjaganya dalam laju yang tepat.   
Hubert Gerold Brown atau yang biasa dikenal Rap Brown, tokoh pergerakan Islam yang mempunyai toko klontong di Atlanta, menjual kembang gula untuk anak-anak di sekitarnya mengatakan, “Sekolah pertama bagi seorang Muslim adalah rumah tangganya. Classroom is within the household, begitu ia membahasakan. Di sekolahan itu (rumah tangga) ia adalah murid untuk dirinya sendiri. Lalu membagikan pengetahuannya untuk keluarga, orang terdekat di lingkungannya.
Ketika Bapak satu ini bertutur, “Satu persatu jalan mulai terbuka,” saya berpikir ia sedang membagikan ilmu kesabaran, ikhlas menunggu akan datangnya pencapaian kepada istrinya.
Ada rintik-rintik hujan dengan petir yang menjulur-julur namun justru membuat kita menemukan kenyamanan di balik rumah. Ada masa-masa sulit di kehidupan luar yang menjulur-julur perasaan kita namun kembali, rumah (dengan anak, istri, dan segala cerita di dalamnya) membuat kita merasa tenang dan tetap aman dalam menjalani kehidupan.  
Biarlah petir di luar sana menggelegar, menakuti kita. Lalu di rumah ini, (dengan anak, istri dan segala cerita di dalamnya) mendamaikan hidup dan memberanikan kita kembali menyusun apa yang harus di raih esok hari.
Bapak ini, sedang menikmati gelegar hidup dan juluran petir dengan mendekam, memeluk, merasakan kehangatan keluarganya. Di nahkoda rumah tangganya, ia akan melaju meraih impiannya. Lalu petir sekadar petir, sementara mimpi harus tetap dijalani.
Nyanyian happy birthday masih sorak ramai dikumandangkan. Aqila, putri keduanya, siap memotong kue yang ada di hadapannya. Lalu bisik saya:
“Pada tahap entah kapan saya akan menjadi murid untuk diri saya sendiri, dengan rumah tangga sebagai ruang kelasnya. Saya belajar tentang segala hal, lalu saya membagikannya untuk keluarga, istri dan juga anak saya. Barangkali saya akan bercerita tentang ‘mata pelajaran’ saya jelang tidur, lalu saya meminta pendapat kepada istri saya. Barangkali saya akan bertutur, Satu persatu jalan mulai terbuka di saat nahkoda rumah tangga sedang dihadapkan karang besar nan tajam. Barangkali saya akan bercerita kepada anak saya, bagaimana hidup harus dimenangkan. Barangkali saya akan berkata, kita adalah satu tim dengan masing-masing tangan siap menggenggam tongkat estafet dari orang tuanya. Saya selaku Bapak, mungkin pelari pertama, lalu estafet akan saya berikan kepada istri saya. Pada masa-masa berikutnya, tentu anak-anak akan menjadi pelari hebat dengan harapan, akan menaruh tongkat dengan finish pada waktu yang tepat.”       

Saya mengambil kue, memakannya, sepenuh doa.
Yogyakarta, 10 April 2013
Bayangan anak-anak seperti meladeni saya untuk semakin dewasa.
Tags:

Written by

Penulis buku, tinggal di Yogyakarta. Twitter: @Naqib_Najah

  • Punya Materi Bagus Tapi Tidak Ada Waktu Menulis!

    Banyak dosen yang tidak mempunyai waktu untuk menulis, padahal, mereka punya materi yang sangat bermanfaat.

  • Saya menulis buku biografi!

    Saat ini buku sudah dilirik sebagai media dokumentasi hidup yang sangat positif. Anda butuh penulisan biografi?

  • Berapa Biaya Hidup di Jogja? (Feature Radio)

    Ini dia pertumbuhan biaya hidup di kota pelajar ini. Pengin tahu lebih lanjut?

  • Jogja Kian Macet! (Esai Foto)

    Januari 2014 lalu saya beserta tim membuat esai foto menyoroti pembangunan hotel dan tingkat kemacetan....

  • Pengin Bikin Iklan Produk dalam Bentuk Video? Murah Kok!

    Iklan dengan bentuk video ternyata terkesan beda. Banyak orang melakukan hal ini, tapi... berapa sih biayanya?

 

Paraqibma Video Project


Layaknya anak-anak seusianya, Akila sering menemukan masalah saat proses belajar. Mulai dari susah diminta mengerjakan PR, hingga kejenuhan dengan sistem belajar.

Apa yang terjadi pada Akila selanjutnya? Simak video iklan berikut: Quamon, mini project by Paraqibma.

Artikel Bisnis


Dizipoint menjadi jembatan antara pebisnis dan pasar online. Selain plaza online, Dizipoint juga menyediakan artikel-artikel bisnis bagi pengunjung.

Saya menulis artikel-artikel bisnis untuk plaza online tersebut. Silakan login di sini untuk membaca artikelnya.

New Aquarich (Coming Soon)

Copyright © New Paraqibma | Designed by Templateism.com