Dalam pembukaan film The Hobit
An Unexpected Journey, terdapat kutipan menarik: Di mana keserakahan merajalela, di situlah hal buruk akan mengikutinya.
Erebor yang dulu menjadi surga bagi para kurcaci, berubah menjadi istana
emas yang dikuasai pihak lain. Pemicunya gara-gara sang Raja Thror yang
menemukan keserakahan di dalam dirinya sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari,
sebagaimana penegasan Tuhan, apa yang kita rasakan di saat lapang dan lapar
merupakan ujian. Lapar membuat kita terdorong untuk mencuri. Lapang membawa
kita kepada keserakahan. Di dua neraca ini manusia akan diuji. Sebagaimana
Lewis Hamilton dan Nico Rosberg. Keduanya menjalani ujian di saat lapar dan
lapang.
Ujian ‘Lapar’ Ala Rosberg-Hamilton
Kisah perseteruan sering lahir
dari dua orang yang sebelumnya sama-sama menjalin kedekatan. Di arena balap,
istilah roommate dilayangkan kepada dua
pembalap yang berada dalam satu tim. Webber mempunyai roommate bernama Vettel. Keduanya sama-sama berada di bawah naungan
Red Bull sebelum akhirnya Webber memutuskan pensiun akhir musim 2013.
Dari roommate inilah, lahir aura panas sebuah perseteruan.
Kisah roommate antara Webber dan Vettel sangat tercium media. Vettel
sebagai pembalap lebih muda, sedikit dianak emaskan oleh Red Bull. Sebaliknya,
Webber sebagai pembalap senior sering hanya dijadikan tumbal.
Pada GP Malaysia 2013, Webber
pernah merasa geram dengan perilaku Vettel. Webber yang berada di depan rekan setimnya,
akhirnya disalip oleh juniornya tersebut. Padahal, balapan sudah hampir usai dan tim
meminta kedua pembalap untuk menurunkan kecepatan. Namun di saat itu, Vettel
tidak mengindahkan instruksi dan justru mencuri kesempatan.
GP Malaysia seolah menjadi
puncak perseteruan dua orang yang berada dalam satu tim tersebut.
Kisah roommate juga dirasakan Nico Rosberg dan Lewis Hamilton. Rosberg bergabung
dengan Mercedes sudah sejak 2010, sementara Hamilton menyusulnya pada tahun
2013. Berada dalam satu tim, keduanya terbilang ayem-ayem saja.
Tahun 2013, ketika Webber dan
Vettel sering diterpa berita miring perihal perseteruan keduanya, Hamilton dan
Rosberg nyaris tidak tersentuh sama sekali. Duo roommate ini ayem-ayem saja. Bahkan, saat di GP Malaysia, Rosberg
rela mengalah demi rekan setimnya.
Rosberg yang berada satu tingkat di atas
Hamilton, diminta menurunkan kecepatan. Terdengar perintah team order yang meminta Hamilton yang naik ke podium, bukan
Rosberg. Walhasil, Hamilton mengunci posisi tiga, sedangkan Rosberg hanya bisa
menelan ludah di posisi keempat.
“Ingatlah kejadian ini,” tutur Rosberg kepada team order.
Rosberg dan Hamilton memang duo
roommate yang sama-sama ayem. Tapi itu
dulu. Ya, dulu: saat keduanya masih dalam kondisi ‘lapar’, saat prestasi
Rosberg-Hamilton (Mercedes) masih di bawah bayang-bayang Vettel (Red Bull).
Segalanya Bisa Berubah
Layaknya cerita Raja Thror
dalam film The Hobit The An Unexpected
Journey, keserakahan lahir di saat Thror tahu ada harta yang sangat banyak
di kerajaannya. Keserakahan muncul di saat ia berada di posisi puncak, di mana
kerajaan lain saling berdatangan menuju Erebor.
Nico Rosberg dan Lewis Hamilton
menggrogoti jalinan pertemanan mereka di saat keduanya berada dalam posisi
puncak. Saat ini, Mercedes seolah tiada tanding. Sejak seri pertama di
Australia, podium utama selalu direbut oleh pembalap Mercedes. Pundi-pundi
pujian milik Mercedes begitu penuh. Komentar positif datang baik dari
kompetitor mau pun dari staf dalam.
Namun kegelimangan prestsi
Mercedes justru menyisakan cerita sedih. Dari kegelimangan ini, lahirlah
perseteruan antar duo roommate, Rosberg-Hamilton
yang dulunya ayem-ayem itu.
Di GP Monaco (25/5), Hamilton
tidak lagi mengenal kata teman. Sama-sama saling berebut posisi puncak
klasemen, Hamilton marah besar akibat tindakan kotor Rosberg di sesi
kualifikasi. Gara-gara tindakan Rosberg, Hamilton gagal meraih pole position. Ia makin kebakaran
jenggot saat hanya bisa duduk di posisi runner
up, sedangkan Rosberg berada di podium puncak.
"Kami bukan teman. Kami
rekan kerja," tutur Hamilton seperti dikutip Sky Sports. Hamilton seperti buta sesaat, lupa bahwa Rosberg pernah
memberinya hati. Di GP Malaysia, tanpa memedulikan reputasinya, Rosberg mengizinkan
Hamilton berdiri di podium ketiga.
***
Kisah roommate juga pernah dirasakan Steve
Jobs dan Steve Wozniak. Pada awal tahun 70-an, keakraban keduanya membuahkan
Apple Computer, Inc. Keduanya berjalanan beriringan—walaupun tetap kelihatan
perbedaannya. Saat Apple menemukan ritme menuju puncak, kisah roommate mereka seolah terbelah begitu
saja. Steve Wozniak meninggalkan Apple pada pertengahan 80-an.
Pada film Social Network (2010), diceritakan juga
kisah persahabatan Mark Zuckerberg dan Eduardo Saverin. Saat Mark sedang
diputus Erica Albright, Eduardo datang menghibur Mark. Hingga keduanya
berkolaborasi sebagai pendiri Facebook. Saat perusahaan ini menemukan ritme
menuju puncak, kisah pecah kongsi pun lahir. Eduardo ‘dibuang’ Mark lantaran ia
lebih memilih bekerjasama dengan Sean Parker. Selesai sudah kisah persahabat
duo roommate.
Rosberg-Hamilton,
Vettel-Webber, Mark-Eduardo, dan Jobs-Wozniak telah mengantungi indahnya kisah
persahabatan di saat mereka masih sama-sama lapar. Dalam kondisi masih
sama-sama merangkat, persahabatan menjadi pemanis getirnya hidup yang mereka
rasakan. Sayangnya, ujian dalam bentuk ‘lapang’ ternyata jauh lebih sulit
dilewati ketimbang ujian saat ‘lapar’. Layaknya pohon, semakin tinggi maka
semakin kencang angin menerpa.
Kepada roommate atau siapa pun teman dekatmu, barangkali sudah harus mulai berhati-hati. Ujian selalu datang dalam kondisi lapar mau pun lapang.