Selasa, 31 Desember 2013

NgayogJakarta, Behind The Scene Part I

Share & Comment

Apa itu NgayogJakarta?
Masyarakat mengenal Jogja dengan nama Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Garis bawahi kata Ngayogyakarta, dengan menebalkan huruf Y yang jatuh setelah G. Nama itu masih berlaku hingga kini. Tidak ada yang berubah.  
Akan tetapi….
Di dalam hidup ini, tidak ada jaminan terhindar dari penyakit bagi siapa pun. Termasuk adalah Yogyakarta. Dulu, kita mengenal Jogja sebagai kota budaya, kota yang nyaman, kota dengan sistem perkotanaan yang tidak terlalu padat. Seiring berjalannya waktu, citra tersebut perlahan-lahan rapuh. Jogja telah terjangkiti penyakit kota megapolitan.
Macet, maraknya pembangunan gedung, populasi penduduk mulai padat, kini telah menjadi penyakit ganas bagi Yogyakarta. Pada titik ini, di tengah kemacetan, misalnya, seseorang akan nyeletuk, “Ini Jogja apa Jakarta?”
Nama Ngayogyakarta Hadiningrat barangkali akan tetap berlaku selamanya. Namun di tengah fenomena sosial seperti sekarang, Jogja mengalami transisi nama menjadi NgayogJakarta, dengan penebalan huruf J setelah G, jadilah Jogja yang sudah berasa Jakarta.
***
Pada dasarnya, NgayogJakarta adalah project kelompok. Mata kuliah Sosiologi Komunikasi menghendaki pembuatan esai foto untuk tugas Ujian Akhir Semester.
Sebelumnya, saya dan teman-teman memilih untuk hunting di panti asuhan penyandang cacat. Kami ingin mengeksplorasi kegiatan memproduksi emping yang dilakukan anak-anak berkebutuhan khusus. Akan tetapi, tema seperti ini ternyata juga diambil oleh kelompok yang lain.
Dalam tugas esai foto, kita memang mudah terjebak dengan dramatisasi. Kita ingin mengangkat foto dengan sajian artikel yang dramatis. Wajar jika banyak kepala yang melayangkan idenya kepada panti-panti asuhan, lembaga pemasyarakatan, tempat pembuangan akhir, atau hal-hal yang berkaitan dengan seni-budaya. Itu sudah naluri lahiriyah otak kita. Buktinya, sekali penugasan, berpuluh-puluh orang mengambil tema yang nyaris sama.
Pikir punya pikir, kami mengubah rencana awal tersebut. Kami ingin memasukkan poin ‘kegelisahan sosial’ di dalam tugas ini. Maka lahirlah ide mengangkat tranformasi Jogja yang sudah berasa setengah Jakarta.
***
Tugas dengan tema “NgayogJakarta, Ini Jogja Apa Jakarta?” cukup memeras tenaga dan upaya—ada baiknya kita menekankan pemahaman pada kata upaya.
Di hari pertama, saya dan seorang teman berangkat ke Dinas Perizinan, Jl. Kenari No. 56, masih satu lokasi dengan kantor Walikota Yogyakarta. Di tempat ini, kami ingin menggali data perihal izin pembangunan gedung di wilayah Jogja kota. Seberapa banyak sih investor yang mendapat izin mendirikan hotel, apartemen, mall?
Selesai dari Dinas Perizinan, proses pencarian data kami lanjutkan di kantor Polresta Yogyakarta, Jl. Reksobayan No.1. Di lokasi kedua ini, kami menaruh surat pengajuan wawancara. Namun feedback yang diberikan pihak kepolisian tidak secepat yang saya bayangkan. Kami harus waiting list, interview perihal kemacetan baru bisa dilakukan empat hari berikutnya.
Kondisi macet tidak hanya menghiasi wilayah Jogja kota. Di beberapa titik di daerah Sleman, macet sudah menjadi pemandangan yang wajar. Semisal di Jl. Monjali, Jl. Gejayan, depan Ambarukmo, dsb. Oleh karenanya, saya dan tim berlanjut ke lokasi ketiga. Kami menuju Polres Sleman, Jl. Magelang Km.12.
Kami masih melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Yakni menyerahkan surat pengajuan wawancara kemacetan. Namun lagi-lagi harus waiting list.
***
Di hari itu, kami tidak mendapatkan apa pun. NIat hati ingin mencari data, namun apalah daya, capek dengan terpaan hujan yang hanya bisa dirasa. Itu risiko. Saya menerimanya, dan saya bahagia. Inilah behind the scene NgayogJakarta bagian pertama. Selanjutnya, masih ada cerita menarik yang bisa dibagi perihal NgaygJakarta. Sebagai penutup, mari berseru, “Ini Jogja apa Jakarta?” sambil membayangkan betapa macetnya Jogja, betapa padatnya Jogja, betapa mudahnya investor menjajah Jogja.
Tags: ,

Written by

Penulis buku, tinggal di Yogyakarta. Twitter: @Naqib_Najah

  • Punya Materi Bagus Tapi Tidak Ada Waktu Menulis!

    Banyak dosen yang tidak mempunyai waktu untuk menulis, padahal, mereka punya materi yang sangat bermanfaat.

  • Saya menulis buku biografi!

    Saat ini buku sudah dilirik sebagai media dokumentasi hidup yang sangat positif. Anda butuh penulisan biografi?

  • Berapa Biaya Hidup di Jogja? (Feature Radio)

    Ini dia pertumbuhan biaya hidup di kota pelajar ini. Pengin tahu lebih lanjut?

  • Jogja Kian Macet! (Esai Foto)

    Januari 2014 lalu saya beserta tim membuat esai foto menyoroti pembangunan hotel dan tingkat kemacetan....

  • Pengin Bikin Iklan Produk dalam Bentuk Video? Murah Kok!

    Iklan dengan bentuk video ternyata terkesan beda. Banyak orang melakukan hal ini, tapi... berapa sih biayanya?

 

Paraqibma Video Project


Layaknya anak-anak seusianya, Akila sering menemukan masalah saat proses belajar. Mulai dari susah diminta mengerjakan PR, hingga kejenuhan dengan sistem belajar.

Apa yang terjadi pada Akila selanjutnya? Simak video iklan berikut: Quamon, mini project by Paraqibma.

Artikel Bisnis


Dizipoint menjadi jembatan antara pebisnis dan pasar online. Selain plaza online, Dizipoint juga menyediakan artikel-artikel bisnis bagi pengunjung.

Saya menulis artikel-artikel bisnis untuk plaza online tersebut. Silakan login di sini untuk membaca artikelnya.

New Aquarich (Coming Soon)

Copyright © 2025 New Paraqibma | Designed by Templateism.com