Berawal dari kegagalannya di lapangan golf, Luke
Chilsolm menemukan seluk hidup sebenarnya. Hari itu, lapangan golf yang
sebenarnya sangat murka baginya, menjadi gerbang awal mengenal surga hidup
sesungguhnya.
Mengunjungi
sebuah lapangan menjadi cara sederhana untuk mengenal hidup. Bagaimana arti
hidup sebenarnya? Kunjungi saja lapangan olahraga. Nikmati sajian kompetisi, maka
sekeluarnya dari gerbang lapangan Anda akan tahu sendiri, seperti apa hidup itu.
Paula Radcliffe
atau yang bernama panjang Paula Jane Radcliffe pernah mengudarakan statement perihal
kompetisi dan arti lapangan yang luar biasa. Radcliffe sampai saat ini masih
memegang rekor dunia untuk kategori lari marathon (42.195 kilometer) dengan
catatan waktu 02:15:25 jam. Ia menggenggam trofi
London Marathon pada tahun 2002, 2003, dan 2005. Begitu pun, pada tahun 2004,
2007, dan 2008, ia telah memenangi Marathon New York, padahal
ia sendiri adalah pengidap asma.
Radcliffe yang luar biasa, menganjurkan kita untuk mengajak
anak-anak datang ke lapangan. Sebab di lapangan, “Anak-anak dapat tahu bahwa
jika mereka bekerja dan berlatih keras, mereka akan melihat cerminan sejati tentang usaha mereka.”
Kalimat itu
ia tuturkan pada tahun 2005, ketika kali pertama meraih medali emas di kejuaraan internasional. Sebenarnya,
Radcliffe mengucapkannya dalam rangka peneguhan untuk bertindak sportif.
Radcliffe atlet yang gigih memerangi doping. Lapangan adalah cermin
sportivitas, itu sudah harga mati.
Lapangan memang
cermin. Radcliffe belajar tentang hidup begitu banyak. Jika Radcliffe melihat
bayangan sportivitas dan arti sebuah kompetisi dari lintasan larinya, maka Luke
Chilsolm melihat hamparan lapangan golf sebagai cara menjalani hidup dengan
hati.
Luke
Chilsolm dalam novel Golf's Sacred Journey karya Dr. David Lamar Cook tidak lain adalah pegolf muda yang
kaya akan pundi-pundi pujian—pada tanggal 2 September 2011, Matt Russell mengemas
ulang novel tersebut menjadi sajian visual. Russell mengangkat novel David
Lamar Cook dalam bentuk layar lebar dengan judul Seven Days in Utopia.
Mungkin
karena background pendidikan David Cook
yang seorang psikolog, di dalam novel Golf's Sacred Journey, lapangan
golf akhirnya berubah menjadi lembaran buku hidup yang luar biasa bagi Luke. David
Cook diam-diam mengudarakan prinsip rhytm,
balance, dan patient. Mengerti ritme, melahirkan keseimbangan,
memunculkan kesabaran menjadi kunci meraih puncak. Jika tidak mampu
mengenggam tiga poin itu, seperti halnya Luke, ia pun menuai kegagalan dalam
permainan golfnya.
Melihat sebuah pertandingan membuat kita tahu langkah-langkah
untuk berkompetisi. Tahu cara berkompetisi mengantarkan kita tahu seluk jalan hidup
ini.
***
Hari itu
menjadi hari yang buruk bagi Roberto Mancini. Rhytm, balance, dan patient hilang dari komponen karirnya. Bahwa
olahraga adalah intuisi untuk bagaimana menempatkan diri, bersikap, dan
berkomunikasi, kurang begitu terlihat dari hari-harinya di Manchester.
Ia datang
pada 19 Desember 2009. Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan memberinya
durasi kontrak taga tahun setengah untuk menguatkan City sebagai salah satu penghuni
The Big Four Liga Inggris. Permainan
menawan yang diakhiri trofi Liga Inggris musim 2011/2012 membuatnya mendapat
kontrak baru berdurasi lima tahun pada 9 Juli 2012. Namun 13 Mei kemarin,
menjadi ending buruk dari segala pemberian tersebut. Pemecatan menjadi putusan
mengejutkan baginya.
Tidak
adanya keseimbangan (balance) untuk
mendinginkan ruang ganti, hilangnya ritme (rhytm)
untuk mengatur mental pemain dalam menghadapi kekalahan, menjadi salah satu faktor
utama kegagalannya di City—ia gagal bukan karena faktor teknis, hal-hal non
teknis di luar lapangan mengacaukan catatan kemenangannya bersama City yang
sebenarnya tidak terlalu buruk.
Craig
Bellamy menulis konfliknya dengan Mancio lewat buku biografi berjudul GoodFella:
“Anda bisa
berjalan melewatinya dan dia bahkan tidak mau menyapa. Tidak butuh waktu lama
untuk menimbulkan gesekan antara aku dan Roberto. Dia tidak bisa mengerti
mengapa aku tidak berlatih setiap hari. Dia bilang aku harus berlatih setiap
hari, sementara jawabku, tidak bisa karena imbas cedera dalam diri saya. Dia
bilang aku harus melakukan sesi latihan ganda – Pagi dan sore – dan aku bilang
tidak bisa.”
Mantan
winger Manchester City, Dennis Tueart berkomentar:
"Dia terlalu banyak memiliki citra yang
jatuh terhadap orang-orang di klub ini, hal-hal seperti akhirnya menghantuinya. Klub masih membelanya saat ia
berselisih dengan Carlos Tevez dan Mario
Balotelli. Tapi akan ada masanya di mana Anda bertanya mungkin orang
lain mampu menangani pemain dengan lebih baik.”
Dennis
Tueart yang saat ini menjabat sebagai direktur klub, melanjutkan, sukses tidak
hanya ditempuh melalui kinerja yang baik (teknis) namun juga faktor-faktor lain
yang membuat kita bisa diterima lingkungan kerja.
“Saya seorang pengusaha dan hal pertama yang harus Anda pelajari adalah jika Anda tidak memiliki kekompakan dengan rekan kerja Anda, maka Anda tidak punya kesempatan.”
***
Semula,
Luke yang tidak lain adalah pegolf kaya pujian berkat talenta hebatnya di usia
meda, sangat mengandalkan emosi untuk melangkahkan namanya menuju juara. Kenyataannya,
Luke gagal meraih itu. Emosi yang ada di kepala tidak didukung keseimbangan
ritme permainan. Ia bahkan tertangkap kamera beradu mulut dengan ayahnya. Ia
frustrasi, lalu kabur menuju Utopia. Beruntung di wilayah Texas itu ia bertemu Johnny
Crawford. Ucapan, falsafah hidup, dan cara kerja Johnny Crawford telah membawa
Luke untuk mendalami rhytm, balance, dan patient: tri darma hidup
dan olah raga. Lapangan golfpun berubah menjadi lembaran kajian hidup untuknya.
Tiga komponen
itu, barangkali adalah tri darma penunjang
kualitas teknis seseorang. Untuk meraih puncak tidak hanya dibutuhkan kemampuan
teknis saja, melainkan sisi non teknis juga. Lalu ketika hidup tidak selamanya
perihal kualitas teknis, sudah berapa lama kita mengasah kemampuan non teknis
kita?
Lapangan
telah mengajarkan strategi attacking
atau defending. Mancini mendapatkan
pelajaran itu dari lapangan bola. Namun rupanya Mancini kurang begitu
mendapatkan teori komunikasi dari lapangan hijau. Ia tidak sesukses Luke dalam mengubah lapangan hijau menjadi buku-buku hidup penuh makna. Tampaknya
Mancini harus benar-benar mencatat nasihat Dennis Tueart yang lebih tua 15
tahun darinya, "Untuk menjadi sukses Anda
tidak hanya membutuhkan filosofi kerja yang
baik, tetapi Anda pun perlu merangkul kepercayaan orang-orang sekitar.”
Yogyakarta,
10 Juni 2013