Kamis, 28 November 2013

Generasi Girardian dan Pelajaran Menghitung Kemungkinan

Share & Comment
Pelajaran matematika mengajak kita mempertemukan satu bilangan dengan bilangan lainnya. Dari pertemuan antar bilangan tersebut, lahirlah bilangan-bilangan lain. Lahirlah hasil. Muncullah data-data yang berkaitan dengan hal-hal detail.
Belajar menghitung membuat kita tahu, di mana posisi kita saat ini, apa yang bisa kita manfaatkan, dan sejauh mana langkah yang sudah kita jalani.
Pelajaran paling sederhana tentang matematika adalah menghitung jumlah keluarga. Dulu, saat masih kecil, ada kebanggaan tersendiri ketika mempunyai jumlah sanak keluarga lebih banyak ketimbang teman lainnya. Untuk membuktikan itu, saya akan mulai menghitung jumlah saudara saya, jumlah paman saya, jumlah bibik, dan berapa banyak sepupu yang saya punya. Hasilnya, sanak famili saya masih kalah dibanding jumlah sanak famili teman dekat saya.
Itulah matematika. Karena proses hitung-menghitung tersebut, saya akhirnya tahu, bahwa saya tidak mempunyai keluarga besar. Begitu pun, matematika juga mengantarkan saya untuk mengerti, seberapa kuat posisi saya di tengah lingkungan sosial.
Saya terbiasa menghitung jumlah teman yang saya miliki. Saya mulai menghitung berapa banyak orang yang mengenal saya, pun, seberapa banyak orang yang saya kenal. Hasilnya, lagi-lagi saya masih kalah dibanding teman dekat saya.
Joe Girard memang bukan pakar matematika. Ia tidak mempunyai sejarah layaknya Joh Forbes Nash. Namun justru Girard yang menyadarkan saya arti pentingnya hitung-menghitung. Dari Girard, lahirlah cerita tentang matematika, kemungkinan, dan berbuat detail akan hidup.
Namanya tercatat dalam The Guinness Book of World Records sebagai World’s Greatest Salesman. Hidup yang ia jalani tidak mudah. Ia tidak lulus SMP. Namun ia sangat dipuji dalam hal pemasaran. 

Dalam salah satu bukunya, Girard mengajak kita menghitung lebih dekat lingkungan sosial yang kita miliki. Dari mulai berapa jumlah orang yang kita kenal, hingga berapa jumlah teman yang ada di sekeliling hidup kita--dari mulai teman biasa, teman harian, teman yang hanya ketemu tiap minggu, hingga teman yang sudah bertahun-tahun tidak pernah ketemu.
Hasil matematika Girard menunjukkan, setiap orang paling tidak mempunyai 250 orang yang bersimpati kepadanya. Girard mengukuhkan teori ini setelah melihat data para pelayat dari Kantor Dinas Pemakaman yang rata-rata berjumlah 250 orang.   
Jika dipikirkan lebih dalam, apa yang dikatakan Girard memang benar. Ini adalah permainan matematika paling sederhana. Proses menjumlahkan teman, lalu mencari kemungkinan di dalamnya.

Saya mengembalikan ingatan pada masa kecil. Di saat masih TK, jumlah teman sekelas saya mencapai (kurang lebih) 30 orang. Di saat masuk Sekolah Dasar, jumlah teman sekelas saya semakin banyak, hampir 40-an. Ketika masuk usia dewasa, seperti ketika hidup di komunitas menulis, KUTUB, teman saya mencapai 20-an.
Itu adalah teman yang bersifat in group. Bagaimana dengan out group? Tentu bertambah lagi. Seperti teman diskusi, teman dunia maya, teman ngopi, teman sesama profesi, dst.
Kenyataannya, tidak semua teman yang kita kenal mempunyai empati. Namun jumlah 250 seperti yang ia ungkapkan, adalah nominal yang sangat realistis untuk dicapai.

Matematika ala Joe Girard mengajari betapa dekatnya hidup dengan kemungkinan.
***
Life is a school of probability. Hidup adalah lahan kemungkinan, tutur Walter Bagehot. Maka sebenarnya setiap langkah yang kita tapaki adalah proses mengetuk kemungkinan-kemungkinan yang akan kita raih.
Bagaimana meraih probabilitas? Pelajaran menghitung menjadi jawabannya. Seperti halnya menghitung seberapa jauh langkah yang kita tempuh hari ini? Atau, seberapa banyak lingkungan baru yang kita temui?
Suatu sore, pelajaran menghitung dan episode menebak probabilitas pernah saya obrolkan dengan seorang teman. Sebenarnya, konteks obrolan di Taman Kuliner itu lebih ke arah sahabat saya yang mencoba memberi nasihat kepada saya. Di ujung pembicaraan, ia membuat peta yang berisi rute perjalanan yang saya tempuh setiap hari. Dari mulai Jl. Monjali, selokan UGM-UNY, hingga area Babarsari.

Begitu pun, ia memetakan lingkungan tempat saya beraktivitas, hingga apa saja yang ada di dalam lingkungan tersebut. Peta tersebut, akhirnya membentuk satu refleksi, seberapa dekat jarak antara saya dengan target (goal) yang saya inginkan? Saya menghitungnya, dan tahu persentasenya.

Matematika Joe Girard, peta probabilitas, dan logika berhitung, menyadarkan saya pentingnya menelaah hidup sedetail mungkin. Betapa hidup yang dijalani penuh kesadaran, lebih mendekatkan kita dengan sebuah permainan. Hidup ini adalah permainan. Kita bermain-main di dalamnya. Eksperimen hari ini, adalah pengalaman berharga esok hari. 
Lalu, kita akan menjadi generasi Girardian, makhluk-makhluk yang akan terus menghitung kemungkinan. Selagi nikmat untuk dijalani, kita lanjutkan saja episode hitung-menghitung ini.
Yogyakarta, 28 November 2013
Kantin UIN Sunan Kalijaga
Tags: ,

Written by

Penulis buku, tinggal di Yogyakarta. Twitter: @Naqib_Najah

  • Punya Materi Bagus Tapi Tidak Ada Waktu Menulis!

    Banyak dosen yang tidak mempunyai waktu untuk menulis, padahal, mereka punya materi yang sangat bermanfaat.

  • Saya menulis buku biografi!

    Saat ini buku sudah dilirik sebagai media dokumentasi hidup yang sangat positif. Anda butuh penulisan biografi?

  • Berapa Biaya Hidup di Jogja? (Feature Radio)

    Ini dia pertumbuhan biaya hidup di kota pelajar ini. Pengin tahu lebih lanjut?

  • Jogja Kian Macet! (Esai Foto)

    Januari 2014 lalu saya beserta tim membuat esai foto menyoroti pembangunan hotel dan tingkat kemacetan....

  • Pengin Bikin Iklan Produk dalam Bentuk Video? Murah Kok!

    Iklan dengan bentuk video ternyata terkesan beda. Banyak orang melakukan hal ini, tapi... berapa sih biayanya?

 

Paraqibma Video Project


Layaknya anak-anak seusianya, Akila sering menemukan masalah saat proses belajar. Mulai dari susah diminta mengerjakan PR, hingga kejenuhan dengan sistem belajar.

Apa yang terjadi pada Akila selanjutnya? Simak video iklan berikut: Quamon, mini project by Paraqibma.

Artikel Bisnis


Dizipoint menjadi jembatan antara pebisnis dan pasar online. Selain plaza online, Dizipoint juga menyediakan artikel-artikel bisnis bagi pengunjung.

Saya menulis artikel-artikel bisnis untuk plaza online tersebut. Silakan login di sini untuk membaca artikelnya.

New Aquarich (Coming Soon)

Copyright © 2025 New Paraqibma | Designed by Templateism.com